Senin, 22 November 2010

Keluarga

Tugas ISD *KELUARGA*

Keluarga  berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut.

Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) :
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :
- Unit terkecil dari masyarakat
- Terdiri atas 2 orang atau lebih
- Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
- Hidup dalam satu rumah tangga
- Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga
- Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
- Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
- Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan







Tahap-tahap Kehidupan Keluarga
1. Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.
2. Tahap menjelang kelahiran anak, tugas utama keluarga untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.

Keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yakni keluarga batih atau keluarga inti (conjugal family) dan keluarga kerabat (consanguine family). Conjugal Family atau keluarga batih didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari seorang suami, istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin.
Lain halnya dengan consanguine family. Keluarga hubungan kerabat sedarah atau consanguine family tidak didasarkan pada pertalian kehidupan suami istri, melainkan pada pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat.
Keluarga kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin berdiam pada satu rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat lain yang berjauhan. “Kesatuan keluarga consanguine ini disebut juga sebagai extended family atau keluarga luas” (Narwoko dan Suyanto, 2004, p. 14).





Fungsi Keluarga
Beberapa fungsi keluarga adalah (Narwoko dan Suyanto, 2004, p. 214-217) :

1. Fungsi Pengaturan Keturunan
Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan seks dapat dipuaskan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan berbagai cara, misalnya kontrasepsi, abortus, dan teknik
lainnya. Meskipun sebagian masyarakat tidak membatasi kehidupan seks pada situasi perkawinan, tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga akan menjamin reproduksi. Karena fungsi reproduksi ini
merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan hanya sekadar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
sosial, misalnya dapat melanjutkan keturunan, dapat mewariskan harta kekayaan, serta pemeliharaan pada hari tuanya.
Pada umumnya masyarakat mengatakan bahwa perkawinan tanpa menghasilkan anak merupakan suatu kemalangan karena dapat menimbulkan hal-hal yang negatif. Bahkan ada yang berpendapat bahwa semakin banyak anak semakin banyak mendapatkan rezeki, terutama hal ini dianut oleh orang-orang Cina dan dihubungkan dengan keagamaan, karena semakin banyak anak semakin banyak yang memuja arwah nenek moyangnya.

2. Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan
Fungsi ini untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk personality-nya. Anak-anak lahir tanpa bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Jadi, dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang senyatanya baik dan tidak layak dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus memperoleh standar tentang nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik, yang indah, yang patut, dsb. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya dengan menguasai sarana-sarananya.
Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya, tingkah pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga merupakan perantara antara masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian seseorang itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang berpengaruh besar sekali terhadap kepribadian seseorang adalah keluarga, khususnya seorang ibu.

3. Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi
Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan keluarga sebagai unit-unit produksi yang seringkali dengan mengadakan pembagian kerja di antara anggota-anggotanya.
Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoordinir dalam produksi ekonomi. Ini dapat menimbulkan adanya industri-industri rumah dimana semua anggota keluarga terlibat di dalam kegiatan pekerjaan
atau mata pencaharian yang sama. Dengan adanya fungsi ekonomi maka hubungan di antara anggota keluarga bukan hanya sekadar hubungan yang dilandasi kepentingan untuk melanjutkan keturunan,
akan tetapi juga memandang keluarga sebagai sistem hubungan kerja.
Suami tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga sebagai kepala dalam bekerja. Jadi, hubungan suami-istri dan anak-anak dapat dipandang sebagai teman sekerja yang sedikit
banyak juga dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama. Fungsi ini jarang sekali terlihat pada keluarga di kota dan bahkan fungsi ini dapat dikatakan berkurang atau hilang sama sekali.

4. Fungsi Pelindung
Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya yang dialami oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka fungsi ini banyak diambil alih oleh instansi negara.


5. Fungsi Penentuan Status
Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa. Perubahan status ini biasanya melalui perkawinan. Hak-hak istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu, dan lain sebagainya. Jadi, status dapat diperoleh melalui assign status maupun ascribed status. Assign Status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dsb. Sedangkan Ascribed Status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya. (http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-mac am-status-sosialstratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi).


6. Fungsi Pemeliharaan
Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggotanya yang sakit, menderita, dan tua. Fungsi pemeliharaan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka tergantung pada masyarakat. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan fungsi pemeliharaan ini mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh lembaga-lembaga masyarakat, misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang khusus melayani orang-orang jompo.

7. Fungsi Afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius adalah salah satu ciri khas dari anak yang sama
sekali tidak pernah mendapatkan perhatian atau merasakan kasih sayang. Di sisi lain, ketiadaan afeksi juga akan menggerogoti kemampuan seorang bayi untuk bertahan hidup (Horton dan Hunt,
1987, p. 227 dalam Narwoko dan Suyanto, 2004, p. 217).

8. Fungsi Relijius
Kebutuhan utama manusia adalah adanya tuntunan atau pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia, keluarga dapat memberikan pengalaman keagamaan kepada para anggotanya.

Hubungan individu dengan Keluarga
Individu memiliki relasi mutlak dengan keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan dengan ibu, ayah, dan kakak – adik. Dengan orang tua, dengan saudara – saudara kandung, terjalin relasi biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya.
Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan resultan dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun). Masalah kekerabatan seperti adanya marga dan keluarga besar banyak dibahas dalam antropologi, yang menunjukkan kelakuan dan tindakan secara tertib dan teratur dalam berbagai deferensi peran dan fungsinya melalui proses sosialisasi atau internalisasi.
 
Sumber :
http://id.wikipedia.org

Sabtu, 30 Oktober 2010

Ternyata Tertawa Juga Bisa Menular



Pasti kalian pernah mendengar ungkapan ini, "Tertawalah maka seluruh dunia akan ikut tertawa." Ternyata ungkapan ini bukanlah isapan jempol belaka. Berdasarkan sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa tertawa memang benar-benar bisa menular.

Otak akan merespons suara tawa dan menghubungkan otot-otot wajah sebagai persiapan untuk bergabung dengan ekspresi kegembiraan tersebut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitmMVIWER2dpGxx5M5luIFrqBOauKGGadWGOjwbWxK72QnjxVZ_qjzAq26AkZfturJ0sskJjwftHqEdqxe-W2PWkE85JknhEDch9RcvBld-Ub82eI4dLj3uotaCnwfacZH7dQJhTMgJDuY/s400/tertawa.jpg

Jika melihat orang tertawa atau membaca suatu cerita yang mendeskripsikan tentang tertawa, tanpa disadari seseorang akan ikut tersenyum atau tertawa. Jika menguap bisa menular, ternyata tertawa juga bisa menular. Hal ini dibenarkan oleh Sophie Scott, seorang ilmuwan syaraf di University College London.

Semua suara ini akan memicu respons di daerah premotor kortikal di otak yang menyiapkan otot di wajah untuk bergerak sesuai dengan suara yang didengar.

"Respons akan jauh lebih tinggi dan lebih menular terhadap suara positif daripada suara negatif. Hal inilah yang memaksa seseorang ikut tersenyum ketika melihat atau mendengar orang lain tertawa," ungkap Scott.

Sumber :
www.detikhealth.com

Alasan mengapa stadion di Inggris tidak menggunakan pagar pembatas

Selain dikenal dengan Kick And Rush nya, Liga Inggris dikenal dengan kualitas lapangan nomor wahid. Dan satu lagi, stadion - stadion di Inggris ternyata nggak punya pagar pembatas antara tribun penonton dengan lapangan. Dan yang lebih hebatnya lagi, jarak bangku penonton dengan lapangan gak lebih dari 5 meter. Kenapa bisa begitu?


http://img41.imageshack.us/img41/9310/ligainggris.jpg
 
Ternyata hal tersebut diberlakukan bukan karena penonton Liga Inggris pada baik dan tertib, tapi karena penonton pada bengal dan brutal. Lhooo..kok bisa? Penonton nya brutal kok ga dikasih pagar pembatas? Ini dia sejarahnya dan alasannya . . .
 
 
Anda pasti sudah tahu dengan kerusuhan yang dilakukan supporter Liverpool di Belgia sewaktu final Liga Champions lawan Juventus. Kerusuhan yang terjadi 29 Mei 1985 yang kemudian dikenal dengan Tragedi Heysel ini memakan korban jiwa 39 orang.

Tragedi tersebut berdampak besar bagi sepakbola Eropa. Ada kesalahan tentu ada sanksi. Soal kerusuhan dan pelanggaran, Eropa paling tegas. UEFA akhirnya melarang Liverpool main di Eropa selama 5 tahun. Dan uniknya, FA (Konfederasi Sepakbola Inggris) malah ikut - ikutan nambahin hukuman.

Dan yang lebih unik, bukan cuma Liverpool, tapi semua klub Inggris nggak boleh main di luar Inggris selama 5 tahun! Dan yang paling unik, ternyata gak ada protes dari klub-klub yang kena sanksi.

“Lho Liverpool yang salah, kok gue kena getahnya?” mungkin begitu celoteh klub-klub Inggris tersebut. Semua pasrah. Ulah fans Liverpool saat itu yang mabuk berat dan berkategori hooligans benar-benar menampar muka sepakbola Inggris. Namun begitu semua klub sepakat introspeksi.

Hukuman FA nggak berhenti di situ. Ada banyak perubahan parameter keamanan lainnya. Yang paling mencolok adalah menghilangkan pagar pembatas tribun penonton dan lapangan serta nggak boleh lagi ada tribun kelas berdiri (tanpa kursi) di seantero Inggris. Di Eropa, cuma Inggris yang nggak menjual tiket tanpa kursi.
 
 
FA sempat dikecam oleh publik sepakbola Inggris, bahkan Eropa. Jelas banyak yang sewot karena tiket berdiri harganya murah meriah. Dan hal yang dianggap paling gila adalah menghilangkan pagar pembatas. Ada pagar aja rusuh, apalagi ompong melompong? 

Tapi buat FA, kelas suporter berdiri justru pusatnya biang kerok. Jadi, sekarang ini semua stadion di Inggris tanpa pagar dan tidak menjual tiket bernomor kursi. FA memang organisasi berpengalaman. Ide mereka ternyata berhasil.

Hilangnya pagar pembatas justru membuat dewasa suporter Inggris. Karena FA juga mencatat identitas penonton yang masuk stadion. Sekali bikin rusuh, si suporter bakal di-banned masuk stadion di seluruh Inggris untuk beberapa tahun, bahkan selamanya. Di dalam stadion juga nggak boleh terlihat pasukan polisi alias harus menyamar.
 
 
Dengan aturan tersebut, bukan berarti sepakbola Liga Inggris 100% aman.  Penggemar Setan Merah pasti tidak akan lupa dengan “tendangan kung fu” Eric Cantona kepada suporter Crystal Palace di pinggir lapangan.

Atau The Kop masih ingat dengan insiden masuknya balon ke lapangan yang dilemparkan seorang remaja yang akhirnya membuat liverpool kalah dari Sunderland.
 

Terlepas dari hal itu, rasanya kita wajib mengacungkan 2 jempol untuk keberanian FA dan sikap dewasa para suporter Liga Inggris yang dulu sering bikin orang resah, sekarang justru relatif lebih santun. Kalau misalkan hal serupa diterapkan di Liga Indoensia, apa yang kira-kira bakalan terjadi ya?


Sumber :
www.kaskus.us

Selasa, 26 Oktober 2010

Tugas ISD bulan Oktober dari Studentsite

Tugas ISD
Gunadarma University
Elearning Center


Apa itu E-learning ?
E-Learning adalah website yang memungkinkan para mahasiswa untuk melakukan  pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer atau Internet. E-Learning membuat pembelajar untuk mengakses komputer mereka sebagai media untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas.
E-Learning juga diartikan sebagai sebuah bentuk website yang dapat diakses dimana saja sebagai sebuah bentuk pembelajaran. Materi-materi elearning tidak hanya bisa didapatkan secara online melalui website, namun kita juga bisa mendapatkannya dengan cara offline dengan menggunakan media CD/DVD yang nantinya akan didistribusikan dan dapat diakses dimana saja tanpa harus online.

Apa kegunaan E-learning ?
 E-Learning memanjakan para pembelajarnya untuk belajar dimana saja melalui website ini tanpa harus menghadiri kegiatan perkuliahan secara langsung.
Apa kelebihan E-learning ?
E-learning mengajarkan para pembelajar untuk belajar secara mandiri tanpa harus hadir dalam acara perkuliahan. Selain itu E-learning ditunjang oleh materi-materi pelajaran, silabus, mata pelajaran, dan tes yang sudah diatur dan disusun berdasarkan jadwal tiap-tiap pembelajar.
E-learning memudahkan para pembelajar untuk belajar dengan nyaman dan murah tanpa harus membeli buku-buku yang harus mengeluarkan biaya, cukup dengan mengakses website ini. Jumlah pembelajar yang ingin ikut terlibat juga tidak dibatasi oleh kapasitas kelas.
Materi pelajaran dapat disesuaikan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.




Struktur Organisasi E-Learning Center (ELC)













Apa saja fitur-fitur yang terdapat pada E-learning  ?
E-learning dilengkapi dengan fitur-fitur seperti dibawah ini :

Login Form

Username

Password

Remember me
No account yet? Register 















Format Materi
Top of Form
pembelajaran yang anda inginkan..
dokumen dalam bentuk PDF/Latex
ada simulasi interaktif/flash
realtime online
dalam bentuk teks file
..
 
Bottom of Form
Who's Online




Apa saja kegunaan menu dalam E-learning ?

1.      Ebook.
Menu ini menyediakan daftar-daftar buka yang bisa kita akses/baca. Atau bisa juga kita download dalam format PDF.
2.      SAP
Satuan Acara Perkuliahan. Menu ini berisi pembagian materi suatu matakuliah tiap kali kuliah (setiap pertemuan). SAP berisi rincian materi kuliah setiap pertemuan kuliah dan berikut tujuan belajarnya serta buku-buku acuan untuk belajar. Yang dimaksud tujuan belajar ialah apa yang minimal dikuasai mahasiswa setelah mendapat materi perkuliahan.
Setiap mata kuliah memiliki Satuan Acara Pengajaran (SAP) yang merupakan penjabaran secara rinci rencana perkuliahan. SAP tersebut harus memuat unsur-unsur sebagai berikut :
  • Kode, nomor, dan nama mata kuliah.
  • Kedudukan mata kuliah (Mata Kuliah Umum (MKU), Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) dan Mata Kuliah Keahlian (MKK))
  • Semester dan tahun mata kuliah tersebut diajarkan.
  • Bobot kredit.
  • Tujuan mata kuliah.
  • Mata Kuliah prasyarat (bilamana perlu).
  • Nama pengajar.
  • Waktu dan tempat kuliah
  • Rincian acara perkuliahan dan bahan bacaan wajib dan anjuran.
  • Cara mengevaluasi proses belajar-mengajar.
3.      V-class
Menu ini difungsikan untuk pembelajaran jarak jauh. Berisi materi-materi kursus dan juga untuk pendaftaran kursus secara langsung ke dosen terkait. Untuk mengakses menu ini kita harus login menggunakan ID(npm) dan Password yang sudah digunakan sebagai password studentsite.
Disini kita juga bisa bergabung dengan forum-forum kelas yang ada.
4.      Material
Menu ini menampilkan postingan-postingan bermanfaat yang berupa materi-materi pembelajaran.
Postingan-potingan ini bisa kita download secara langsung.
5.      I-lab
Menu ini berisi mengenai informasi-informasi yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas I-lab.



Homepage E-learning ini juga berkaitan langsung dengan website-website dari Gunadarma yang lainnya :

Apa kekurangan E-learning ?
Meskipun tergolong website yang sangat berguna dan menarik, E-learning juga memiliki beberapa kelemahan, seperti :
1.      Tidak semua pembelajar memiliki Komputer untuk mengakses website ini.
2.      Tidak semua pembelajar bisa mengakses website ini dengan baik, dikarenakan fitur-fitur nya yang belum user friendly.
3.      Adanya menu yang belum berfungsi secara maksimal seperti, Ilab.
4.      Tidak semua orang bisa mengakses website ini, dikarenakan para pengakses harus melakukan registrasi terlebih dahulu dan melakukan proses login, jadi hanya warga Gunadarma saja yang bisa mengakses.
5.      File-file dokumen tergolong memiliki ukuran yang cukup berat untuk di download, sehingga tidak semua pembelajar bisa mendownloadnya dikarenakan kapasitas akses internet dan komputer tiap pembelajar berbeda-beda.

Bagaimana cara mengakses E-learning ?

Yang terakhir, sebelum mengakses website E-learning, kita harus melakukan registrasi terlebih dahulu dan melakukan login.


Sumber:


Sabtu, 23 Oktober 2010

Fakta Unik Rambut Manusia Yang Mungkin Belum Anda Ketahui

Rambut manusia merupakan struktur sederhana yang terbuat dari keratin dan sel-sel kulit mati. Rambut berfungsi untuk mencegah hilangnya panas dari kepala seseorang.


Rambut yang indah dan terawat bisa menjadi daya tarik seseorang, terlebih lagi wanita. Tapi di balik keindahannya, rambut ternyata menyimpan beberapa rahasia unik.

1. Rambut bisa membersihkan tumpahan minyak di air

Ketika tumpahan minyak Cosco Busan terjadi pada tahun 2007 di Teluk San Francisco, kelompok relawan ramah lingkungan menggunakan tikar yang terbuat dari rambut manusia untuk membersihkan pantai. Hal ini tidak mengherankan, karena rambut bisa menyerap minyak dan air, serta dapat bekerja sebagai spons alami.

2. Asam amino rambut manusia bisa digunakan dalam industri kecap

Menemukan helaian rambut dalam makanan tentunya dapat merusak selera makan. Tapi bagaimana jika bumbu atau makanan Anda terbuat dari rambut?

Internet Journal of Toxicology melaporkan bahwa Hongshuai Soy Sauce, perusahaan kecap di China, memasarkan produk yang menggunakan bioteknologi terbaru dengan harga lebih murah. Hal itu tentu saja membuat produknya menjadi populer.

Tapi sebuah investigasi media menemukan bahwa perusahaan tersebut tidak menggunakan asam amino yang berasal dari kedelai ataupun gandum, melainkan asam amino yang berasal dari rambut manusia, yang dikumpulkan dari salon dan tempat cukur rambut.

3. Orang berambut merah dianggap alien

Ada sebuah teori konspirasi yang menyatakan bahwa orang berambut merah adalah alien-manusia hibrida. Hal ini memang terdengar gila, tapi orang berambut merah memang memiliki perbedaan struktur secara biologi.

Dokter harus membuat persiapan khusus untuk menjalani proses persalinan wanita berambut merah. Hal ini karena darah dari wanita berambut merah lebih sulit membeku, sehingga mengalami pendarahan lebih lama.

Selain itu, orang berambut merah memiliki jumlah rambut paling sedikit, yaitu sekitar 90.000 helai, dibandingkan dengan rambut pirang atau cokelat yang mencapai 140.000 helai.


Sumber :
forum.vivanews.com

Jumat, 22 Oktober 2010

KEPENDUDUKAN INDONESIA


KEPENDUDUKAN INDONESIA

Masalah kependudukan di Indonesia saat ini menjadi sangat rawan bila tidak ada usaha untuk mengelola ledakan penduduk dengan baik, yang merupakan bahaya besar. Jumlah penduduk yang tidak terkendali akan mendatangkan sejumlah persoalan, seperti pengangguran dan dampak sosial lain.
Pernyataan ini mengemuka dalam Roundtable Discussion memperingati Hari Kependudukan Sedunia 11 Juli 2004 lalu di Hotel Borodudur Jakarta. Diskusi yang diselenggarakan Ikatan Peminat dan Ahli Demografi (IPADI) dihadiri ketua IPADI HM Rozy Munir, Sekretaris Wakil Presiden RI Prof Dr Prijono Tjiptoherijanto, Kepala BKKBN Dr Sumarjati Arjoso, Kepala BKKBN DKI Jakarta Dra Kasmiyati MSc dan sejumlah pakar bidang kependudukan.
Menurut Prof Dr Prijono Tjiptoherijanto, krisis ekonomi telah mengendurkan perhatian orang terhadap program keluarga berencana. Karena, ketika krisis alat kontrasepsi menjadi barang mahal, banyak peserta KB yang tidak mampu lagi untuk mendapatkan alat dan obat kontrasepsi. “Alat kontrasepsi yang awalnya mudah didapatkan sekarang harus membeli sehingga banyak di antara peserta KB mandiri yang tidak dapat lagi menyediakan alat kontrasepsi. Untuk itu perhatian pemerintah harus menjadi bagian dari kebijakan yang menyeluruh. Political will menjadi sangat penting seiring dengan era otonomi daerah,” tegasnya sambil mengemukakan, calon presiden yang tampil tidak satupun yang mengedepankan visi dan misi kependudukan.
Untuk itu pihaknya mendesak organisasi profesi untuk menyampaikan pokok pikiran berkaitan dengan kelembagaan kependudukan. Selama ini calon presiden hanya memperdebatkan masalah kemiskinan yang merupakan akibat dari persoalan kependudukan. Padahal, akar masalahnya berkaitan dengan kependudukan sehingga harus mencari solusi sejak dari akar permasalahannya.

1.PENDAHULUAN
Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia adalah
179,4 juta. Berarti Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara negaranegara
yang sedang berkembang setelah Gina dan India.Dibanding dengan jumlah
sensus tahun 1980 maka akan terlihat peningkatan penduduk Indonesia rata-rata
1,98% pertahun. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 1995 sebanyak 195,3 juta jiwa.
Bila dilihat dari luas wilayah pada peta penyebaran penduduknya terlihat
tidak merata di 27 propinsi. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 1990 sekitar
60% penduduk tinggal di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas
wilayah Indonesia. Dilain pihak pulau Kalimantan yang luas wilayahnya hanya
ditempati oleh 5% dari jumlah penduduknya.
Kondisi tersebut menunjukan bahwa kepadatan penduduk Indonesia tidak
seimbang. Kondisi tersebut memerlukan upaya pemerataan dan upaya tersebut telah
dilaksanakan melalui program transmigrasi dan gerakan kembali ke Desa.
Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya Indonesia masih tergolong
tinggi, hal ini bila tidak diupayakan pengendalianya akan menimbulkan banyak
masalah.
Di Indonesia dari tingkat partisipasi anak usia sekolah baru mencapai 53%
meskipun wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun telah dicanangkan oleh
pemerintah. Dibanding negara tetangga, tingkat partisipasi pendidikan kita tergolong
rendah. Hongkong misalnya tahun 1985 telah mencapai 95%, Korea Selatan 88%
dan Singapura telah mencapai 95 % (Surabaya Post, 2 Oktober 1995).
Masalah-masalah lain seperti ketenagakerjaan 77% angkatan kerja masih
berpendidikan rendah. Dampaknya terhadap pendapatan perkapita yang pada
gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Juga terhadap kehidupan
rumah tangga seperti perceraian dan perkawinan yang akan berpengaruh terhadap
angka kelahiran dan kematian yang dalam banyak hal dijadikan indikator bagi
kesejahteraan suatu negara.
Nampaknya sederhana, tetapi harus diingat bahwa manusia adalah sebagai
subjek tetapi juga sekaligus objek pembangunan sehingga bila tidak diantisipasi
mungkin pada gilirannnya akan berakibat ketidakstabilan atau kerapuhan suatu
negara.
2. MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
A. Masalah Akibat Angka Kelahiran
1. Total Fertility Rate (TFR)
Hasil perkiraan tingkat fertilitas (metode anak kandung) menunjukan bahwa
penurunan tingkat fertilitas Indonesia tetap berlangsung dengan kecepatan yang
bertambah seperti nampak pada tabel di bawah ini :
Periode (tahun) TFR % Penurunan/tahun
1967 -1970 5,605 1,7
1971 -1975 5,200 2,3
1976 -1979 4,680 2,8
1980 -1984 4,055 3,9
1987 -1990 3,222 2,1

Sumber : BPS Jawa Timur, 1996
Tingkat fertilitas secara keseluruhan dari periode 1981- 1984 ke periode 1986
-1989 turun sebesar 18 % atau sekitar 3,9% pertahun. Namun tingkat penurunan
fertilitas mulai melambat atara periode 1986-1989 dan 1987-1990 yaitu menjadi
2,1% rata-rata pertahun.
2. Age Spesific Fertility Rate (ASFR)
Hasil SP71 dan SP80 masih menunjukan bahwa tingkat kelahiran untuk
kelompok umur wanita 20-24 tahun adalah yang tertinggi. Namun demikian terjadi
pergeseran ke kelompok umur (25 -29) tahun pada hasil SP80 dan ini akan
memberikan dampak terhadap penurunan tingkat gfertilitas secara keseluruhan
(Trend Fertilitas, Mortalitas dan Demografi, 1994: 18)
Berdasarkan dua kondisi di atas dapatlah disebutkan beberapa masalah (terkait
dengan SDM) sebagai berikut :
1) Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal
penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatanketimbang aspek intelektual.
2) Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi
akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negatif
dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.
Jika ASFR 20- 24 terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi SDM
yang semakin menurun.
B. Masalah akibat Angka Kematian
Selama hampir 20 tahun terakhir, Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami
penurunan sebesar 51,0 pada periode 1967-1986. Tahun 1967 AKB adalah 145 per
1000 kelahiran, kemudian turun menjadi 109 per 1000 kelahiran pada tahun 1976.
Selama 9 tahun terjadi penurunan sebesar 24,8 persen atau rata-rata 2,8 persen per
tahun. Berdasarkan SP90, AKB tahun 1986 diperkirakan sebesar 71 per 1000
kelahiran yang menunjukan penurunan sebesar 34,9 persen selama 10 tahun
terakhir atau 3,5 persen pertahun (Trend Mortalitas, 66).
Tabel Perkiraan Angka Harapan Hidup (AHH)
Tahun Nilai
SP1971 45,7
SP 1980 52,2
SP 1990 59,8
Sumber: BPS Jatim, 1996.
Sejalan dengan penurunan AKB, AHH menunjukan kenaikan. Pada tahun
1971 AHH adalah 45,7 yang kemudian naik 6,5 tahun menjadi 52,2 pada SP80 dan
mengalami kenaikan 7,6 menjadi 59,8 pada SP90.
Masalah yang muncul akibat tingkat mortalitas adalah :
1) Semakin bertambahnya Angka Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran
pemerintah di dalam menyediakan fasilitas penampungan.
2) Perlunya perhatian keluarga dan pemerintah didalam penyediaan gizi yang
memadai bagi anak-anak (Balita).
3) Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak terhadap reputasi
Indonesia dimata dunia.
Pemecahan masalah angka kelahiran dan kematian :
a) Kelahiran
Angka kelahiran perlu ditekan melalui :
! Partisipasi wanita dalam program KB.
! Tingkat pendidikan wan ita wanita mempengaruhi umur kawin pertama dan
penggunaan kontrasepsi.
! Partisipasi dalam angkatan kerja mempunyai hubungan negatif dengan
fertilitas
! Peningkatan ekonomi dan sosial.
b) Kematian
Angka kematian perlu ditekan :
! Pelayanan kesehatan yang lebih baik
! Peningkatan gizi keluarga
! Peningkatan pendidikan (Kesehatan Masyarakat)
C. Masalah Komposisi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus tahun 1990 berjumlah
179246785 dari jumlah tersebut komposisi usianya tidak berimbang yang
menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru.
Katagori Berdasarkan Usia Sebagai Berikut :
U S I A (Thn) Jumlah (Jiwa)
0 - 4 20.985.144
5 - 9 23.223.058
10 - 14 21.482.141
15 - 19 18.926.983
20 - 24 16.128.352
25 - 29 15.623.530
30 - 34 13.245.794
35 - 39 11.184.217
40 - 44 8.081.636
45 - 49 7.565.664
50 - 54 6.687.586
55 - 59 4.831.697
60 - 64 4.526.451
65 - 69 2.749.724
70 - 74 2.029.026
>75 4.415
Sumber : Kantor BPS Jawa Timur
Berdasarkan angka-angaka tersebut tampak penumpukan jumlah penduduk
pada usia muda, yaitu usia 0 -4 tahun berjumlah 20985144 jiwa, usia 5-9 tahun
sebesar 23223058 jiwa dan 10 -14 tahun 21428141 jiwa yang mana pada usia
tersebut belum produktif masih tergantung pada orang-orang lain terutama
keluarga.
Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah :
1) Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Banyaknya beban
tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia
produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan hayat hidup.
2) Aspek pemenuhan gizi.
Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan
makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak
lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya
nanti bila kekurangan gizi terutama pada usia muda ( 0 -5 tahun). Akan
mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang mental ( mental
retardation ). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.
3) Aspek Pendidikan
Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan dukungan
kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila kemampuan ekonomi
kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yung
mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut kurang
4) Lapangan Kerja
Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan
lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu
pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan
lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada semua aspek kehidupan.
Alternatif Pemecahan yang diperlukan :
(a) Pengendalian angka kelahiran melalui KB.
(b) Peningkatan masa pendidikan.
(c) Penundaaan usia perkawinan
D. Masalah Kependudukan dan Angkatan Kerja.
Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun
keatas. Mereka terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (BPS :
1994,30). Penduduk yang tergolong angkatan kerja dikenal dengan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
TPAK menurut umur mengikuti pola huruf "U" terbalik. Angkatan rendah pada
usia-usia muda karena sekolah, kemudian naik sejalan kenaikan umur sampai
mencapai 25 -29 tahun, kemudian turun secara perlahan pada umur-umur
berikutnya (antara lain karena pensiun).
Angka kesempatan kerja yang merupakan pebandingan antara penduduk
yang bekerja dengan angkatan kerja pada tahun 1993 cukup tinggi yaitu sekitar
97,2%. Ini berarti angka penganguran kurang lebih hanya 2,8 0/00 (BPS:1994,30).
Berdasarkan hasil sensus tahun 1994 jumlah TPAK sebesar 19.254.554
(Sensus PBS; 1990,417) sedangkan jumlah penduduk mencapai 179.247.283 jiwa
sehingga TPAK meskipun mungkin termasuk angkatan kerja. Melihat rasio TPAK dan
Non TPAK tampaknya jauh tidak seimbang hal ini kemungkinan dapat menyebabkan
masalah antara lain:
(a) Produktifitas yang dihasilkan oleh sebagian kecil manusia kemungkinan bisa
habis dikonsumsi sebagian besar penduduk.
(b) Pendapatan perkapita akan rendah sehingga berpengaruh pada sektor ekonomi
masyarakat.
Alternatif Pemecahan Masalah :
(a) Penyediaan lapangan kerja
(b) Peningkatan mutu SDM melalui pendidikan dan keterampilan.
E. Masalah Mobilitas Penduduk di Indonesia
Masalah migrasi penduduk di Indonesia menjadi isu politik kependudukan di
Indonesia.
Mobilitas Antar Pulau
Mobilitas antar pulau didominasi mobilitas penduduk di Pulau Jawa. Penduduk
yang keluar dari Jawa sebanyak 3,6 juta jiwa tahun 1980 dan 5,3 juta jiwa tahun
1990. Sebagian besar migrasi menuju Sumatera, yaitu 79,75% pada tahun 1980 dan
68,70% pada tahun 1990.
Migran keluar dari Pulau Sumatera tahun 1980 sebanyak 0,8 juta, dan
sebesar 92,97% menuju Pulau Jawa, sedang pada tahun 1990 sebesar 1,6 juta dan
92,62 % juga menuju Pulau Jawa. Migran dari Kalimantan sebagian besar menuju

Pulau Jawa. Dari 0,2 juta jiwa pada tahun 1980 adaa 73,32% menuju Pulau Jawa
dan pada tahun 1990 ada sebanyak 0,5 juta ternyata yang 76,49 % juga menuju
Pulau Jawa. (BPS:107,110)
Dapat dimaklumi bahwa Pulau Jawa sebagai tujuan utama para migran,
karena di Pulau Jawa merupakan pusat perekonomian, pusat pendidikan, pusat
pemerintahan dan pusat kegiatan sosial ekonomi lainnya. Migran terbesar yang
masuk ke Pulau Jawa berasal dari Sumatera, karena Pulau Sumatera secara
geografis berdekatan dengan Pulau Jawa dan sistim transportasi yang
menghubungkan kedua pulau ini lebih bervariasi dan lebih banyak frekuensinya
dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya.
Mobilitas Penduduk antar Pulau Propinsi
Pola mobilitas di Jawa masih sangat besar. Di Jawa Timur jumlah pendatang
masih didominasi migran sekitarnya terutama Jawa Tengah. Keadaan ini
menunjukan bahwa pekembangan mobilitas terjadi karena peningkatan peranan lalu
lintas di Pulau Jawa dan Sekitarnya termasuk Lampung, Sumatera Selatan sebagai
akibat pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Sedang migran yang keluar dari
Jawa Timur mayoritas menuju wilayah Indonesia Barat terutama Sumatera dan
daerah pusat pertumbuhan ekonomi seperti Jakarta.
Propinsi pengirim migran total terbesar adalah Jawa Tengah, yaitu 3,1 juta
jiwa pada tahun 1980 dan 4,4 juta tahun 1990. Jawa Timur sebanyak 1,6 juta pada
tahun 1980 dan 2,5 juta tahun 1990, disusul Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta
(BPS 1994; 111).
Mobilitas Penduduk dari Desa ke Kota
Urbanisasi pada dasarnya adalah pertumbuhan penduduk perkotaan yang
disebabkan perpindahan dari desa ke kota, dari kota ke kota, serta akibat proses
perluasan wilayah perkotaan (Reklamasi).
Permasalah yang Timbul :
Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukan peningkatan yang
terus menerus, hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan
perkembangan industri, pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.
Upaya Pencegahan:
Pertumbuhan penduduk di perkotaan periode 1971-1980 jauh lebih pesat
dibandingkan dengan periode 1980-1990, hal ini disebabkan periode 1971-1980
pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah perkotaan, sehingga penduduk
banyak pindah ke perkotaan untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak.
Pada periode 1980-1990 pemeratan pembangunan mulai terasa sampai ke
daerah pedesaan. Keadaan ini memungkinkan penduduk tidak lagi membangun
daerah perkotaan, akan tetapi cendrung menciptakan lapangan pekerjaan sendiri di
pedesaan. (BPS 1994: 18).
Sejalan dengan arah pembangunan yang diharapkan persentase penduduk
perkotaan cendrung meningkat. Proyeksi yang diharapkan ada peningkatan dari
31,10 persen tahun 1990 menjadi 41,46 % pada tahun 2000.
Menurut Prigno Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses pengembangan
suatu daerah pedesaan menjdadi daerah perkotaan yang disesuaikan dengan
harapan dan kemampuan masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan upaya
peningkatan jumlah penduduk yang berminat tetap tinggal di desa. Yang perlu
diusahakan perubahan status desa itu sendiri, dari desa "desa rural" menjadi "desa
urban". Dengan demikian otomatis penduduk yang tinggal didaerahnya menjadi
"orang kota" daalam arti statistik (Surabaya Post, 23 September 19996). Guna
menekan derasnya arus penduduk dari desa ke kota, maka pola pembangunan yang beroreantasi pedesaan perlu digalakan dengan memasukan fasilitas perkotaan ke
pedesaan, sehingga merangsang kegiatan ekonomi pedesaan.
F. Masalah Kepadatan Penduduk di Indonesia
Dilihat dari jumlah penduduknya Indonesia termasuk negara terbesar ketiga
diantara negara-negara sedang berkembang setelah Gina dan India. Hasil
pencacahan lengkap sensus penduduk 1990, penduduk Indonesia berjumlah 179,4
juta jiwa. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, julah penduduk pada tahun 1995
mencapai 195,3 juta jiwa.
Kepadatan di 27 Propinsi masih belum merata. Berdasarkan sensus penduduk
tahun 1990 sekitar 60% penduduk tinggal di Pulau Jawa, padahal luas Pulau Jawa
hanya sekitar 7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia. Dilain pihak, Kalimantan
yang memiliki 28% dari luas total, hanya dihuni oleh 5% penduduk Indonesia.
Dengan demikian kepadatan penduduk secara regional juga sangat timpang,
sementara kepadatan per kilometer persegi di Pulau Jawa mencapai 814 orang, di
Maluku dan Irian Jaya hanya 7 orang (BPS, 1994:29).
Permasalahan yang timbul:
Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan
pembangunan baik phisik maupun non phisik yang selanjutnya mengakibatkan
keinginan untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya
bergerak dari daerah yang agak terkebelakang pembangunannya ke daerah yang
lebih maju, sehingga daerah yang sudah padat menjadi semakin padat.
Pemecahan Masalah:
Untuk memecahkan masalah ini dilaksanakan program pepindahan penduduk
dari daerah padat ke daerah kekurangan penduduk, yaitu program transmigrasi.
Sasaran utama program transmigrasi semula adalah untuk mengurangi
kelebihan penduduk di Pulau Jawa. Tetapi ternyata jumlah penduduk yang berhasil di
transmigrasikan keluar Jawa sangat kecil jumlahnya. Pada tahun 1953 direncanakan
100.000 penduduk, tetapi hanya sebanyak 40.000 orang yang berhasil dipindahkan
(BPS 1994:90)
Walaupun demikian, program transmigrasi sudah menunjukan hasilnya
dimana penduduk yang tinggal di Pulau Jawa turun dari 60% pada tahun 1990,
diproyeksikan menjadi 57,7% pada tahun 2000. Sebaliknya diluar Jawa
diproyeksikan akan terjadi kenaikan tahun 1990-2000. Di Pulau Sumatera naik dari
21% pada tahun 1990 menjadi 21,65 % pada tahun 2000 (BPS 1990:6-7).
G. Masalah Perkawinan dan Perceraian
Perkawinan bukan merupakan komponen yang langsung mempengaruhi
pertumbuhan penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap fertilitas, karena dengan adanya perkawinan dapat meningkatkan angka
kelahiran. Sebaliknya perceraian adalah merupalkan penghambat tingkat fertilitas
karena dapat menurunkan angka kelahiran.

JENIS KELAMIN
KAWIN
CERAI HIDUP/MATI
PRIA
25.312.260
1.322.446
WANITA
26.448.577
6.176.904

Dari data di atas memberikan gambar bahwa jumlah perkawina baik pia maupun
wanita sebesar 5.176.837 masih jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah
perceraian baik cerai hidup maupun cerai mati yang hanya sekitar 7.499.340.
Masalah yang timbul akibat perkawinan antara lain:
1. Perumahan
2. Fasilitas kesehatan
Masalah yang timbul akibat perceraian meningkat adalah :
1. Sosial Ekonomi
2. Nilai agama yang lemah
Alternatif Pemecahan :
Perkawinan
1. Menambah masa lajang.
2. Meningkatkan masa pendidikan.
Peceraian :
1. Konsultasi Keluarga.
2. Pendalaman Agama.


PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut jumlah penduduknya,
Indonesia termasuk negara yang besar dan menduduki urutan terbesar ke tiga di
antara negara-negara berkembang setelah Gina dan India.
Menurut hasil sensus penduduk tahun 1990 penduduk Indonesia berjumlah
179,4 juta jiwa. Jumlah tersebut meningkat sekitar 1,98% per tahunnya.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 1995 adalah 195,3 juta jiwa. Dari
kondisi semacam ini timbul berbagai masalah kependudukan antara lain: Ketidak
merataan penyebaran penduduk di setiap Propinsi. Di Indonesia berdasarkan SP
1990 kurang lebih 60% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang luasnya
hanya 7% dari luas seluruh wilayah Indonesia. Sebaliknya Kalimantan yang
mempunyai luas 28 persen dari seluruh daratan Indonesia hanya dihuni oleh lebih
kurang lebih 5% penduduk sehingga secara regional kepadatan penduduk sangatlah
timpang.
Tingkat pendidikan penduduk yang bekerja, tampak masih rendah di mana
tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SD, yaitu 37,6% dari seluruh penduduk
yang bekerja. Hal tersebut menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan
akan tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja pada suatu tingkat upah
tertentu. Pada tahun 1993, dari sekitar 1,2 juta orang yang terdapat sebagal
PENCARI KERJA HANYA SEKITAR 328.000 atau 27 % yang memperoleh penempatan.



DAFTAR PUSTAKA
BPS, 1994, Profil Kependudukan Propinsi Jawa Timur, BPS, Jakarta.
BPS, 1994, Trend Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi, BPS, Jakarta.
BPS, 1994, Proyeksi Penduduk Indonesia Per Kabupaten/Kodya 1990-2000
BPS,Jakarta
Daldjoeni N, 1986, Masalah Penduduk dalam Fakta dan Angka, Alumni Bandung
Goeltenboth, F. 1996, Applied Geography and Development, Volume 47 Institute
for Scientific Co-operation, tumbingen Federal Republic of Germany.
Lembaga Demografi, FEU I, 1981, Dasar-dasar Demografi FEUI, Jakarta.
Tji Suharyanto, P, Urbanisasi, Surabaya Post, 23 September 1996.