Rabu, 08 Januari 2014

Dampak Penggunaan Telematika dan Peran Indonesia Dalam Bidang Telematika

Dampak Penggunaan Telematika

Berbagai macam bentuk yang menjadi dampak penggunaan telematika merebak luas pada masyarakat. Dampak ini akan memunculkan dan merubah pola kehidupan, bekerja, berusaha bahkan merubah falsafah pada bidang-bidang tertentu. Dampak yang pasti adalah akan terjadinya perubahan minat bekerja yang lebih efisien dalam arti benefit to cost ratio, efektif dalam arti kualitas produk, jasa, dan pemerataan distribusi produk jasa kepada masyarakat. Dampak yang akan muncul penggunaan telematika baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu :

1. Penghematan transportasi dan bahan bakar.
2. Menghindarkan jam-jam yang tidak produktif menjadi lebih produktif.
3. Mengembangkan konsep kegiatan tersebar secara merata ke seluruh daerah.
4. Menyuguhkan banyak pilihan sarana telekomunikasi.


Posisi Indonesia Dalam Bidang Telematika

Sejak AS, sebagai negara yang paling awal mempunyai inisiatif dalam pembangunan superhighways informasi, meluncurkan The National Infrastructure Information-nya pada tahun 1991, banyak negara industri lainnya mengikutinya. Bulan Februari 1996 Inggris dan Jerman memperkenalkan kebijakan-kebijakan superhighways informasi mereka, yaitu The Information Society Initiative di Inggris dan program The Info 2000 di Jerman.

Tak lama kemudian di tahun 1996, negara di Asia Tengah mengikutinya, seperti Filipina dengan Tiger, Malaysia dengan Multimedia Super Corridor (MSC) dan Singapura dengan Singapore-ONE. Dan di tahun 1997 Indonesia meluncurkan kebijakan superhighways informasi dengan nama Nusantara 21.

Beda antara Nusantara 21 dengan kebijakan superhighways informasi negara lain dapat dijelaskan oleh 4 hal yaitu :

a. Evolusi Teknologi

Teknologi terus berubah. Prakiraan perkembangan teknologi di masa mendatang sangat beragam. Di antara banyak negara tidak ada persetujuan mengenai kebutuhan untuk menghubungkan dengan kabel tempat-tempat paling jauh. Beberapa pakar berfikir bahwa teknologi wireless yang didukung oleh satelit dengan orbit rendah mungkin dapat mewujudkan komunikasi broadband dengan baik. Di Indonesia tampaknya terjadi evolusi teknologi yang unik. Mengingat masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan dan banyak yang buta huruf, sehingga tampaknya teknologi visual dan pembicaraan (speech) akan lebih mendapat tempat di masyarakat daripada teknologi informasi dengan tulisan (text).

b. Struktur pasar dan strategi industri

Para aktor strategi industri yang terlibat dalam pembuatan superhighways informasi tidak tergantung pada negara dimana mereka tinggal. Strategi-strategi dari para aktor utama dalam industri content juga menggambarkan ketidakpastian mengenai masa depan peralatan layanan informasi yang akan digunakan.

Karena tergantung struktur pasar, bisa jadi di masa depan strategi yang tepet berada dalam pilihan alternatif antara lain multimedia ( seperti CD-ROM, perangkat lunak PC dan piringan video digital) atau kabel (seperti TV kabel, telekomunikasi kabel dengan serat optic) atau jejaring telekomunikasi dari berbagai jenis teknologi telekomunikasi.

Di Indonesia struktur pasarnya cukup beragam, ada wilayah urban, suburbia, dan rural. Untuk urban semua alternatif seperti multimedia, kabel, jejaring, telekomunikasi dapat dipertimbangkan. Tetapi untuk daerah suburbia dan rural, tampaknya yang paling tepat adalah jejaring telekomunikasi dari berbagai teknologi yang sebelumnya telah ada dan tinggal mengalami beberapa penyempurnaan, oleh karena itu Nusantara 21 dipersiapkan mengadopsi jejaring telekomunikasi dari berbagai jenis teknologi telekomunikasi.

c. Penyusunan Institusional

Kebijakan – kebijakan superhighways informasi melibatkan berbagai badan atau agen pemerintah yang berkoordinasi secara fungsional, sektoral ataupun territorial. Dalam fungsinya, di AS atau Inggris, pemerintah tidak mengontrol seluruh proses kebijakan karena telah ada agen-agen regulasi independent. Secara sektoral, konflik dan persaingan institusional dapat terjadi di antara departemen pemerintah.
 
Di Indonesia yang berperan dalam N21 merupakan tim yaitu Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) yang melibatkan banyak menteri sesuai keppres 30 tahun 1997. Hal ini menunjukkan peran pemerintah Indonesia masih sangat besar dibandingkan peran swasta, masyarakat dan lain-lain. Adapula institusi yang lemah posisinya daripada TKTI, yaitu Kelompok Kerja Penyusunan Konsep Buku Nusantara 21 yang terdiri dari 14 kelompok yang terdiri dari wakil Telkom, Indosat, dan Universitas.

d. Akomodasi terhadap nilai – nilai nasional

Walaupun label “masyarakat informasi” yang sama digunakan di berbagai negara, visi sosial yang dikandungnya memiliki content local yang unik, yang berpijak pada nilai-nilai sosial dasar masing-masing masyarakat setiap negara. Di Indonesia, konsep superhighways informasi N21 tidak terlepas dari aspek Wawasan Nusantara yang heterogen dan Ketahanan Nasional, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, serta pertahanan keamanan, yang telah muncul sejak adanya konsep satelit.

Bahkan N21 sesungguhnya merupakan pemutakhiran dari Palapa, dengan tetap menggunakan pendekatan pada nilai-nilai yang mempersatukan nusantara. Selain itu, N21 tercakup juga dalam program Multimedia Asia (M2A), program yang bertujuan mempersatukan wlayah Asia melalui telematika.

e. Interaksi dengan kebijakan-kebijakan publik lainnya

Melalui tiga analisis yang umumnya dilakukan di semua negara (daya saing ekonomi, perbaikan kondisi sosial, liberalisasi telekomunikasi), juga analisis spesifik untuk masing- masing negara, kebijakan superhighways juga dihubungkan kepada kebijakan-kebijakan publik lainnya.
 
Di Indonesia, Nusantara 21 berkaitan dengan kebijakan – kebijakan mengenai daya saing ekonomi masyarakat Indonesia menghadapi pasar global, kebijakan pengurangan kesenjangan antara lapisan sosial ekonomi, kebijakan pertumbuhan industri nasional khususnya industri teknologi telekomunikasi, kebijakan perbaikan kondisi sosial masyarakat, kebijakan peningkatan pendidikan dan pengajaran serta kebijakan melestarikan kebudayaan nasional.

Sedangkan mengenai kebijakan liberalisasi telekomunikasi tampaknya tidak terlalu mendapat dukungan. Swasta dilibatkan tetapi masih terbatas. Tetapi yang tampaknya terpenting dan khas dari N21 adalah interaksinya dengan kebijakan persatuan dan kesatuan Indonesia dan pertahanan keamanan yang sangat kiat tidak lepas dari nilai-nilai Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (Yuliar,2001).
Sumber :
Evolusi GSM ke 3G memerlukan menambahkan fungsionalitas lebih, lebih banyak kemungkinan dan nilai lebih untuk jaringan GSM yang ada dan bisnis. Ini bukan revolusi, melainkan suatu evolusi, di mana masing-masing bagian menambah nilai keseluruhan.
Evolusi dimulai dengan upgrade dari jaringan GSM dengan kemampuan paket data dengan menambahkan GPRS. Hal ini memperkenalkan pengguna akhir untuk pengalaman “alwaysconnected”.
Langkah selanjutnya adalah pengenalan layanan 3G, di mana GSM standar dikembangkan dalam dua cara:
  1. WCDMA sebagai akses radio 3G untuk wideband spektrum dan
  2. EDGE sebagai akses radio 3G yang ada untukGSM spektrum WCDMA adalah teknologi baru yang sangat efisien untuk kedua paket dan lalu lintas circuit switched .
Ini menyediakan kapasitas yang lebih besar dan kecepatan data yang lebih tinggi untuk  meningkatkan pengalaman pengguna layanan suara dan data yang ada serta layanan baru mobile canggih yang melampaui suara.
EDGE adalah satu set standar perbaikan antarmuka radio GSM yang membawa kecepatan data yang lebih tinggi dan efisiensi spektral meningkat untuk layanan data. Dengan EDGE, operator dapat memiliki tiga kali lebih banyak pelanggan daripada GPRS atau tiga tingkat data. EDGE memberikan pada prinsipnya jenis yang sama dengan layanan 3G  sebagai WCDMA, tetapi dengan kecepatan transfer data yang lebih rendah. EDGE cepat dan hemat biaya. EDGE menggunakan struktur saluran yang sama, frekuensi perencanaan, protokol dan cakupan GSM saat ini. Operator akan dapat mencapai lebih dengan sumber daya fisik yang sama.
Karena pita frekuensi GSM adalah bagian penting dari total suatu aset spektrum operator, itu akan menjadi semakin penting untuk dapat menggunakan GSM spektrum untuk layanan 3G. Pilihan tidak akan antara WCDMA dan EDGE, tapi cara terbaik untuk memanfaatkan kedua WCDMA dan EDGE.
Sumber : http://johandwisatrio.blogspot.com/2013/01/perkembangan-telematika.html

Pemanfaatan Telematika

Pemanfaatan Telematika di Bidang Pendidikan

Menurut Miarso (2004) terdapat sejumlah pilihan alternatif pemanfaatan di bidang pendidikan, yaitu :

1. Perpustakaan Elektronik

Perpustakaan yang biasanya arsip-arsip buku dengan di Bantu dengan teknologi informasi dan internet dapat dengan mudah mengubah konsep perpustakaan yang pasif menjadi agresif dalam berinteraksi dengan penggunanya. Homepage dari The Library of Congress merupakan salah satu perpustakaan yang terbesar di dunia. Saat ini sebagian informasi yang ada di perpustakaan itu dapat di akses melalui internet.

2. Surat Elektronik (email)

Dengan aplikasi sederhana seperti email maka seorang dosen, pengelola, orang tua dan mahasiswa dapat dengan mudah berhubungan. Dalam kegiatan di luar kampus mahasiswa yang menghadapi kesulitan dapat bertanya lewat email.

3. Ensiklopedia

Sebagian perusahan yang menjajakan ensiklopedia saat ini telah mulai bereksperimen menggunakan CD ROM untuk menampung ensiklopedia sehingga diharapkan ensiklopedia di masa mendatang tidak hanya berisi tulisan dan gambar saja, tapi juga video, audio, tulisan dan gambar, dan bahkan gerakan. Dan data informasi yang terkandung dalam ensklopedia juga telah mulai tersedia di internet. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka data dan informasi yang terkandung dalam ensiklopedi elektronik dapat diperbaharui.

4. Sistem Distribusi Bahan Secara Elektronis ( digital )

Dengan adanya sistem ini maka keterlambatan serta kekurangan bahan belajar bagi warga belajar yang tinggal di daerah terpencil dapat teratasi. Bagi para guru SD yang mengikuti penyetaraan D2, sarana untuk mengakses program ini tdk menjadi masalah karena mereka dapat menggunakan fasilitas yang dimiliki kantor pos yang menyediakan jasa internet.

5. Tele-edukasi dan Latihan Jarak Jauh dalam Cyber System

Pendidikan dan pelatihan jarak jauh diperlukan untuk memudahkan akses serta pertukaran data, pengalaman dan sumber daya dalam rangka peningkatan mutu dan keterampilan professional dari SDM di Indonesia. Pada gilirannya jaringan ini diharapkan dapat menjangkau serta dapat memobilisasikan potensi masyarakat yang lain, termasuk dalam usaha, dalam rangka pembangunan serta kelangsungan kehidupan ekonomi di Indonesia, baik yang bersifat pendidikan formal maupun nonformal dalam suatu “cyber system”.

6. Pengelolaan Sistem Informasi

Ilmu pengetahuan tersimpan dalam berbagai bentuk dokumen yang sebagian besar tercetak dalam bentuk buku, makalah atau laporan informasi semacam ini kecuali sukar untuk diakses, juga memerlukan tempat penyimpanan yang luas. Beberapa informasi telah disimpan dalam bentuk disket atau CD ROM, namun perlu dikembangkan lebih lanjut sistem agar informasi itu mudah dikomunikasikan. Mirip halnya dengan perpustakaan elektronik, informasi ini sifatnya lebih dinamik (karena memuat hal-hal yang mutakhir) dapat dikelola dalam suatu sistem.

7. Video Teleconference

Keberadaan teknologi ini memungkinkan siswa atau mahasiswa dari seluruh dunia untuk dapat berkenalan, saling mengenal bangsa di dunia. Teknologi ini dapat digunakan sebagai sarana diskusi, simulasi dan dapat digunakan untuk bermain peran pada kegiatan pembelajaran yang berfungsi menumbuhkan kepercayaan diri dan kerjasama yang bersifat sosial.

Banyak faktor yang mempengaruhi dilaksanakan atau tidaknya potensi teknologi telematika. Faktor utama, menurut Miarso (2004) adalah adanya komitmen politik dari para pengambil kebijakan dan ketersediaan para tenaga terampil.
 
Sumber : http://johandwisatrio.blogspot.com/2013/01/perkembangan-telematika.html

Fungsi dan Peran Telematika

Fungsi Telematika

Selaras dengan pengertian telematika sebagai sarana komuikasi jarak jauh, maka fungsi dari telematika antara lain :

1. Penyampai informasi. Telematika digunakan sebagai penyampai informasi agar orang yang melakukan Komunikasi menjadi lebih berpengetahuan dari sebelumnya. Bertambahnya pengetahuan manusia akan meningkatan keterampilan hidup, menambah kecerdasan, meningkatkan kesadaran dan wawasan.


2. Sarana Kontak sosial hidup bermasyarakat. Interaksi sosial menimbulkan kebersamaan; keakraban, dan kesatuan yang akan melahirkan kerjasama. Telematika menjadi penghubung diantara peserta kerjasama tersebut, walaupun mereka tersebar dimana-mana. Telematika menjembatani proses interaksi sosial dan kerjasama sehingga menghasilkan jasa yang memiliki nilai tambah dibanding hasil perseorangan.


Peran Telematika

Berdasarkan perkembangan telematika tersebut diatas, telematika di Indonesia memiliki tiga peran pokok, antara lain :

1. Mengoptimalkan proses pembangunan. Telematika memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat berupa sarana telekomunikasi yang memuahkan masyarakat saling berinteraksi tanpa terhalang jarak. Dengan telematika, proses komunikasi menjadi mudah sehingga mudah pula untuk menyebarkan informasi dari satu daerah ke daerah lain.

2. Meningkatkan Pendapatan. Produk dan jasa teknologi telematika merupakan komoditas yang memberikan peningkatan pendapatan bagi perseorangan, dunia usaha bahkan negara dalam bentuk devisa hasil ekspor jasa dan produk industri telematika.

3. Pemersatu bangsa. Teknologi telematika mampu menyatukan bangsa melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua institusi dan area dengan cepat tanpa terhalang jarak daerah masing-masing.
 
Sumber : http://johandwisatrio.blogspot.com/2013/01/perkembangan-telematika.html

Perkembangan Telematika

Di zamam pra-sejarah, manusia mengkomunikasikan pikiran, pengetahuan, dan gagasannya ke lingkungan sosialnya secara verbal. Dan dalam beberapa kasus, dengan menggunakan simbol-simbol material berupa ukiran pada batu, dinding gua, dan lain sebagainya. Komunikasi tertulis yang mula-mula dikembangkan memungkinkan informasi untuk disimpan dan dibaca oleh orang-orang lain di waktu-waktu kemudian. Penyimpanan dan pengalihan informasi melalui teknologi umumnya berlangsung secara lamban, mahal, dan membutuhkan banyak tenaga.

Dengan ditemukannya teknologi cetak ( printing technology ), informasi dapat dialihkan ke lebih banyak orang, di wilayah yang lebih luas, dan dengan biaya yang lebih murah. Di peralihan millennium sekarang ini, perkembangan media elektronik, mencakup radio, televise, dan telepon, telah memungkinkan penurunan waktu pengalihan informasi secara dramatik.

 Jarak geografis kini tidak lagi menjadi penghalang dalam proses komunikasi dan pertukaran informasi. Biaya penyimpanan dan pengantaran informasi secara elektronik kini telah semakin banyak ditentukan oleh kebijakan public, ketimbang oleh faktor-faktor teknikal semata. Misalnya, harga pusa telepon lebih terkait dengan kebijakan regulasi public dari pada harga actual yang dibutuhkannya.

Komputer-komputer digital dan media penyimpanan informasi berskala besar dan missal telah memungkinkan terwujudnya basis data dengan kemampuan untuk memproses dan memanipulasi informasi. Tidak dengan informasi tertulis, data yang tersimpan secara elektronik ini ‘ tak tampak ‘ bagi mata biasa, kecuali bagi perangkat keras dan lunak untuk melakukan decoding ( seperti komputer dengan kartu baca magnetic ).

Teknologi pemrosesan data secara elektronik ini bersama dengan teknologi komputer digital telah menghasilkan sebuah aliansi sinergis baru yang dikenal luas sebagai teknologi informasi, atau Teknologi Telematika. Ruang , waktu, dan biaya secara berangsur-angsur direduksi melalui aplikasi-aplikasi tekonologi komputer, penyimpanan missal, dan transmisi elektronikal dan optial.

Pengontrolan informasi dalam rangka teknologi seperti ini menjadi lebih terdistribusi ketimbang sebelumnya. Dan peranan-peranan pemerintah, agen-agen komersial, pengusaha-pengusaha swasta menjadi lebih sulit untuk dimengerti.

Sehubungan dengan uraian terebut di atas tentang telematika, maka kami akan membahas
Perkembangan Telematika di Indonesia.


Perkembangan Telematika Di Indonesia

Peristiwa proklamasi 1945 membawa perubahan yang bagi masyarakat Indonesia, dan sekaligus menempatkannya pada situasi krisis jati diri. Krisis ini terjadi karena Indonesia sebagai sebuah negara belum memiliki perangkat sosial, hukum, dan tradisi yang mapan. Situasi itu menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya pembangunan karakter bangsa di tahun 50-an dan 60-an. Di awal 70-an, ketika kepemimpinan soeharto, orientasi pembangunan bangsa digeser ke arah ekonomi, sementara proses – proses yang dirintis sejak tahun 50-an belum mencapai tingkat kematangan.

Dalam latar belakang sosial demikianlah telekomunikasi dan informasi, mulai dari radio, telegrap, dan telepon, televise, satelit telekomunikasi, hingga ke internet dan perangkat multimedia tampil dan berkembang di Indonesia. Perkembangan telematika penulis bagi menjadi 2 masa yaitu masa sebelum atau pra satelit dan masa satelit.

1. Masa Pra-Satelit

Radio dan Telepon

Di periode pra satelit (sebelum tahun 1976), perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia masih terbatas pada bidang telepon dan radio. Radio Republik Indonesia (RRI) lahir dengan di dorong oleh kebutuhan yang mendesak akan adanya alat perjuangan di masa revolusi kemerdekaan tahun 1945, dengan menggunakan perangkat keras seadanya. Dalam situasi demikian ini para pendiri RRI melangsungkan pertemuan pada tanggal 11 September 1945 untuk merumuskan jati diri keberadaan RRI sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dengan rakyat, dan antara rakyat dengan rakyat.

Sedangkan telepon pada masa itu tidak terlalu penting sehingga anggaran pemerintah untuk membangun telekomunikasipun masih kecil jumlahnya. Saat itu, telepon dikelola oleh PTT (Perusahaan Telepon dan Telegrap) saja. Sampai pergantian rezim dari Orla ke Orba di tahun 1965, RRI merupakan operator tunggal siaran radio di Indonesia. Setelah itu bermunculan radio – radio siaran swasta. Lima tahun kemudian muncul PP NO. 55 tahun 1970 yang mengatur tentang radio siaran non pemerintah.

Periode awal tahun 1960-an merupakan masa suram bagi pertelekomunikasian Indonesia, para ahli teknologi masih menggeluti teknologi sederhana dan “kuno”. Misalnya saja, PTT masih menggunakan sentral-sentral telepon yang manual, teknik radio High Frequency ataupun saluran kawat terbuka (Open Were Lines). Pada masa itu, banyak negara pemberi dana untuk Indonesia – termasuk pendana untuk pengembangan telekomunikasi, menghentikan bantuannya. Hal itu karena semakin memburuknya situasi dan kondisi ekonomi dan politi di Indonesia.

Tercatat bahwa pada masa 1960-1967, hanya Jerman saja yang masih bersikap setia dan menaruh perhatian besar pada bidang telekomunikasi Indonesia, dan menyediakan dana walau di masa-masa sulit sekalipun. Ketika itu pengembangan telekomunikasi masih difokuskan pada pengadaan sentra telepon, baik untuk komunikasi lokal maupun jarak jauh, dan jaringan kabel. Indonesia saat itu belum memiliki satelit. Sentral telepon beserta perlengkapan hubungan jarak jauh ini diperoleh dari Jerman. Pada saat itu, Indonesia hanya dapat membeli produk yang sama, dari perusahaan yang sama, yakni Perusahaan Jerman. Tidak ada pilihan lain bagi Indonesia.

Keleluasaan barulah bisa dirasakan setelah di tahun 1967/1968 mengalir pinjaman-pinjaman ke Indonesia, baik bilateral ataupun pinjaman multilateral dari Bank Dunia, melalui pinjaman yang disepakati IGGI. Akan tetapi, pada masa inipun inovasi dalam pemfungsian teknologi telekomunikasi masih belum berkembang dengan baik di negeri ini. Peda dasarnya kita memberi dan memakai perlengkapan seperti switches, cables, carries yang sudah lazim kita pakai sebelumnya.

Televisi

Badan penyiaran televisi lahir tahun 1962 sebelum adanya satelit yang semula hanya dimaksudkan sebagai perlengkapan bagi penyelenggara Asian Games IV di Jakarta. Siaran percobaan pertama kali terjadi pada 17 Agustus 1962 yang menyiarkan upacara peringatan kemerdekaan RI dari Istana Merdeka melalui microwave. Dan pada tanggal 24 Agustus 1962, TVRI bisa menyiarkan upacara pembukaan Asian Games, dan tanggal itu dinyatakan sebagai hari jadi TVRI.

Terdorong oleh inovasi, akhirnya pada tanggal 14 November 1962 untuk pertama kalinya TVRI memberanikan diri melakukan siaran langsung dari studio yang berukuran 9x11 meter dan tanpa akustik yang memadai. Acaranya terbatas, hanya berupa permainan piano tunggal oleh B.J. Supriadi dengan pengaruh acara Alex Leo.

Lebih setahun setelah siaran pertama, barulah keberadaan TVRI dijelaskan dengan pembentukan Yayasan TVRI melalui Keppres No. 215/1963 tertanggal 20 oktober 1963. Antara lain disebutkan bahwa TVRI menjadi alat hubungan masyarakat (mass communication media) dalam pembangunan mental/spiritual dan fisik daripada Bangsa dan Negara Indonesia serta pembentukan manusia sosialis Indonesia pada khususnya.

Sampai tahun 1989, TVRI merupakan operator tunggal di bidang penyiaran televise.
Jadi sebelum satelit palapa mengorbit, Indonesia hanya mengenal telekomunikasi yang bersifat terestrial, yakni yang jangkauannya masih dibatasi oleh lautan. Telekomunikasi seperti ini tidak bisa menjangkau pulau-pulau kecuali melalui penggunaan SKKL (Saluran Komunikasi Kabel Laut) yang mahal dan sulit dipergunakan.

2. Masa Satelit

Satelit Domestik Palapa

Gagasan tentang peluncuran satelit bagi telekomunikasi domestik di Indonesia bisa ditelusuri asal muasalnya dari sebuah konferensi di Janewa tahun 1971 yang disebut WARCST (World Administrative Radio Confrence on Space Telecomunication).

Pada konferensi itu di tampilkan pila pameran dari perusahaan raksasa pesawat terbang Hughes. Perusahaan inilah yang mengusulkan ide pemanfaatan satelit bagi kepentingan domestik Indonesia. Hal tersebut disambut oleh Suhardjono yang berlatar belakang militer dan membawa masalah satelit itu sampai ke Presiden RI.

Selain pertimbangan kelayakan ekonomi dan teknis, sejarah peluncuran satelit ini juga diwarnai oleh kepentingan politik dimana hubungan antara Indonesia dengan negara- negara lain sudah mulai bersahabat. Di sisi lain, satelit memungkinkan penyebaran luas ideologi negara ke masyarakat luas melalui TV, satelit juga menguntungkan secara ekonomi.

Komunikasi tentang cara-cara menggali sumber daya alam dapat berlangsung dengan mudah. Ini berlaku untuk kasus tembaga pura (Freeport) dan di Dili. Peluncuran satelit Palapa di Cape Canaveral, Florida, bulan Agustus 1976 pada panel peluncuran terdapat 3 orang Indonesia dan perwakilan dari perusahaan NASA dan Hughes.

Kejadian ini diresmikan juga melalui pidato kenegaraan oleh presiden Soeharto di Jakarta, tanggal 16 Agustus 1976. ini merupakan satu- satunya proyek teknologi yang mendapat tempat terhormat di gedung Parlemen. Namun peluncuran satelit itu merupakan kebijakan nasional yang gagasan awalnya dicetuskan oleh pemerintah.

Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Indonesia pernah mengalami ancaman perpecahan. Untuk mempersatukan tanah air yang sangat luas ini diperlukan sarana perhubungan yang mencakup seluruh wilayah nusantara. Proses kelahiran satelit ini hanya melibatkan sedikit teknokrat dan teknolog yang berpihak pada kepentingan Orba.

Dampak Setelah Adanya Satelit Palapa

Dengan semakin bergantungnya Indonesia pada teknologi satelit, muncullah sejumlah perusahaan yang bergerak dalam produksi perlengkapan terkait, seperti RFC (milik Iskandar Alisjahbana), LEN (milik Kayatmo), PT. INTI. Setelah periode itu, aspek bisnis di dunia telekomunikasi mencuat. Inovasi lebih banyak terjadi pada penyediaan layanan, sementara pengembangan teknologi untuk komponen berkurang.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat di tahun 1988 membuat kebutuhan telekomunikasi melonjak secara drastis. Untuk memenuhi kebutuhan telepon yang melonjak, disadari pemerintah perlunya perubahan regulasi, yang kemudian membuahkan UU no. 3 tahun 1989 tentang pengertian telekomunikasi yang diperluas hingga mencakup alat pengiriman data seperti facsimile dan telex, dan lain-lainnya.

Sebelum lahirnya UU ini, Telkom dan Indosat disebut sebagai badan penyelenggara telekomunikasi yang menyediakan seluruh jejaring dan layanan jasa. Dampak positif dari berlakunya UU tersebut adalah mulai masuknya pihak-pihak swasta dengan modal yang besar, walaupun dalam skala usaha yang terbatas.
 
Mereka datang dengan membawa teknologi baru, tenaga ahli, manajemen yang baru. Ini semua kemudian menciptakan iklim usaha yang baru dalam penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. Dengan terlibatnya pihak asing dalam pengadaan dana, teknologi dan menejemen, perkembangan teknologi telekomunikasi berkembang dengan pesat. Hal ini terjadi sekitar tahun 1990-an dan dampaknya terlihat mulai tahun 1991 khususnya terlihat jelas bahwa jangkauan telekomunikasi di Indonesia menjadi bertambah luas.

Perkembangan teknologipun berkembang pesat, mulai dari pesawat telepon manual ke otomatis, dan dari analog menjadi digital. Pada gilirannya perkembangan ini menuntut adanya pengaturan infrastruktur dan standarisasi peralatan. Tak lama kemudian masuklah teknologi mobile-telecommunication.

Berkembanglah pemakaian handphone yang bardampak tumbuhnya usaha-usaha yang tidak hanya menyediakan layanan atau jejaring saja, melainkan juga membangun pabrik-pabrik dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan kabel. Menarik untuk dicatat bahwa di era serbuan bisnis telekomunikasi itu, ternyata kaidah dan aturan bisnis professional tidak sepenuhnya diikuti.

Sementara itu faktor politik tampaknya justru mengambil peranan penting. Kala itu terjadi campur tangan bisnis dari “Keluarga Cendana” yang mengambil peranan sebagai mitra bisnis PT Telkom dan Indosat yang kemudian diikuti oleh krono-kroni mereka seperti Liem Sio Liong melalui “Sinar Mas”- nya dan lain-lain. Di era emas telekomunikasi itu, tumbuh dorongan kuat agar Bank Indonesia membuka pintunya lebar-lebar bagi pihak swasta asing.

Bahkan mereka menginginkan adanya privatisasi Telkom dan Indosat dalam penyelenggaraannya. Dampak dari dorongan ini mencuatnya pandangan bahwa regulasi yang ada sudah tidak memadai lagi. Di sekitar tahun 1996, mulailah disusun rencana untuk meninjau kembali UU No. 3 tahun 1989.

Beberapa hal yang diperhatikan dalam review ini adalah :

1. Perkembangan teknologi tahun 1995-1996 itu berbeda sekali dengan di tahun 1990. ini terutama terjadi akibat konvergensi teknologi, sebagai fungsi dari berbagai jenis jasa berubah dan timbul jasa-jasa baru yang perlu diakomodasikan. Konvergensi teknologi bahkan memungkinkan teknologi dipadu dengan broadcasting, sehingga timbullah telematika, teleinformatika, teknologi informasi dan lain-lain yang menuntut kebijakan dan peraturan yang baru.

2. Perkembangan teknologi informasi dan broadcasting itu ternyata tidak hanya berpengaruh pada masalah politik, dalam artian berita, tetapi juga iklan yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis. Lebih jauh lagi dengan berkembangannya telebanking, telekumunikasi sebelumnya dilihat hanya sebagai public utility, kini berubah menjad bisnis opportunity.

3. Globalisasi ekonomi menciptakan suasana kompetisi yang semakin ketat. Ini menuntut penyelenggaraan telekomunikasi dengan kualitas layanan yang semakin tinggi.
Setelah satelit Palapa mengorbit, jangkauan telekomunikasi Indonesia bisa meliputi seluruh nusantara, dan bahkan ke luar wilayah nusantara. Satelit telekomunikas itu kemudian bisa dimanfaatkan bukan untuk telepon tetapi juga untuk berbagai macam keperluan lain seperti, pengiriman facsimile, telex, dan pengiriman berbagai informasi dalam bentuk lain termasuk broadcasting. Setelah perkembangan itu semua terwujud, masyarakat melihat pentingnya peranan telekomunikasi bagi kehidupan suatu bangsa.

Nusantara 21

Perkembangan satelit dipacu lebih lanjut dengan diresmikannya “Nusantara 21” (N21) oleh presiden RI pada tanggal 27 Desember 1996. Menggelindingnya N21 menjadi masukan utama untuk pembentukan Tim koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) melalui Kepres No. 30 tahun 1997. Tugas TKTI menurut Inpres No.6 tahun 2001 tentang pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia adalah :

(1) Mengkoordinasikan perencanaan dan memelopori program aksi dan inisiatif untuk meningkatkan perkembangan dan pendayagunaan teknologi telematika Indonesia serta memfasilitasi dan memantau pelaksanaannya,

(2) Memperkuat kemampuan menggalang sumber daya yang ada di Indonesia guna mendukung keberhasilan pelaksanaan semua arah pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika, melaksanakan forum untuk membangun consensus antar pihak-pihak terkait di sector pemerintah dan swasta, serta akses mengakses pengalaman internasional dalam mengembangkan sistem infrastruktur infomasi nasional.

Tim ini diketuai oleh Menko Produksi Industri Strategis (Ginanjar Kartasasmita), wakil ketua Menparpostel, beranggotakan tujuh menteri departemen (Menkeu, Menhankam, Menpen, Mendagri, Menperindag, Menaker, dan Mendikbud) serta lima menteri negara (Mensesneg, Menristek, MenPAN, Menivest, Men-PPN).

Visi N21 adalah menyediakan wahana berbasis teknologi telekomunikasi dan informatika nasional di dalam proses transformasi bangsa Indonesia dari masyarakat tradisional (traditional society) menjadi sebuah masyarakat yang berwawasan IPTEK dan berbasis pengetahuan (knowledge based society).

Konsep N21 merupakan jawaban atas tantangan globalisasi komunikasi dan informasi berupa jaringan komunikasi terpadu. N21 menggunakan kerangka pendekatan, antara lain, (a) Memanfaatkan semua teknologi yang dapat mendukung pembangunan di semua sektor; dan (b) membentuk suatu jaringan maya informasi atau adi marga informasi (virtual information network atau anformation superhighway) yang menghubungkan seluruh pelosok tanah air.

Dengan dikembangkannya N21 maka pada tahun 2000 atau memasuki abad 21 seluruh kecamatan di Indonesia akan mempunyai akses ke semua teknologi komunikasi dan computer (K-2) dalam suatu jaringan terpadu yang didukung oleh 11 sistem satelit komunikasi. Sekarang ini baru ada tiga sistem satelit yang beroperasi, yaitu PSN dengan Palapa 1. telkom dengan Palapa B4 dan B 2R, dan satelindo dengan Palapa C 1 dan C 2. Pengembangan infrastruktur fiik mengandung tiga kemungkinan penggunaan, yaitu : (1) Adiguna Marga Kepulauan (Archipelagic Super Highway), (2) Kota Multimedia (Multimedia Cities); dan (3) Nusantara Multimedia Community Acces Centers ( Pusat Akses Masyarakat Multimedia Nusantara).

Tim Koordinasi Telematika Nasional secara paripurna merumuskan cetk biru pengembangan telematika yang mencakup tiga kelompok utama, yaitu infastruktur, aplikasi, dan sumber daya.

1. Infrastruktur

Menurut Jonathan L.Parapak (Presiden komisaris PT.Indosat) dalam http://www.bogor.net, perkembangan infrastruktur ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kebijakan nasional sector telekomunikasi, regulasi sector, kondisi ekonomi makro, kemampuan para pelaku nasional. Pada tatanan kebijakan patut dicatat beberapa kemajuan yang sangat penting, antara lain diundangkannya UU tentang Telekomunikasi no. 36 tahun 1999 dan dikeluarkannya cetak biru kebijaksanaan tentang telekomunikasi di Indonesia tanggal 20 Juli 1999.

Pada tatanan regulasi telah dicapai beberapa perkembangan penting antara lain dimungkinkannya pern swasta dan masyarakat yang semakin tinggi dalam pengembangan regulasi yang telah terwujud dalam penetapan tariff dan interkoneksi standard, dan lain-lain. Pada tatanan penyelenggaraan kondisi monopoli dan duopoli yang masih menghambat peran swasta dan masyarakat lebih besar, keadaan ekonomi yang baru tumbuh sangat mempengaruhi daya beli masyarakat.

Dalam kondisi ini, kelihatannya sasaran pembangunan infrastuktur baik adimarga informasi, multimedia city akan mengalami penundaan. Namun demikian perlu dicatat bahwa PT.Telkom telah berupaya membangun lingkar-lingkar adimarga kepulauan dan infrastruktur multimedia di Jakarta. Infrastruktur informasi telah maju selangkah dengan beroperasinya satelit Telkom 1.
 
Salah satu aspek yang penting adalah pemanfaatan secara optimal infrastruktur yang ada. Tampaknya perlu dikembangkan kebijaksanaan baik pada tingkat pemerintah maupun pada tingkat penyelenggaraan agar investasi yang telah dilakukan dapat termanfaatkan dengan berdaya guna dan berhasil guna bagi berbagai komponen masyarakat, baik pendidikan, layanan kesehatan, pemerintahan maupun kegiatan bisnis.

2. Aplikasi Telematika

Aplikasi telematika Indonesia terfokus pada pemberdayaan aparatur negara, pemerkayaan hidup masyarakat (telemedik, telekarya, pendidikan), penciptaan daya saing bisnis (perbankan,pos,pariwisata,manfaktur), pembangunan informasi dasar dan aplikasi telematika perlu dilihat dari tatanan kebijakan, regulasi, dan penyelenggaraan yang di manfaatkan masyarakat.

Dari sudut pandang kebijakan tampaknya belum terasa perkembangan yang menonjol. Isu kelembagaan masih banyak diperbincangkan, UU yang terkait dengan atau tentang telematika (cyber law) masih jauh dari harapan. Beberapa aspek regulasi yang mendesak, misalnya pengaturan secure transaction, public ke infrastructure registration authority, electronic payment, certification authority masih belum dilaksanakan.

Namun, perhatian pada perlindungan hak kekayaan intelektual semakin tinggi dan upaya untuk memantapkan regulasi semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak. Di lapangan dapat dicatat perkembangan yang menggembirakan dengan semakin meluasnya homepage, berkembangnya aplikasi seperti E-commerce, E-Banking, E-Brokerage, dan lain-lai.

Sektor pemerintah nampaknya berkembang lamban karena kendala keuangan dan sumber daya manusia. Beberapa kelompok usaha seperti PT. Telkom, Indosat, Lippo e nett, nampaknya semakin giat untuk mengejar ketertinggalan masyarakat kita di bidang aplikasi. Aplikasi seperti E-government, tele-education, telemedicine masih dalam taraf mula yang perlu di dorong berbagai pihak.

3. Sumber Daya Telematika

Dalam bidang sumber daya , diarahkan pada pengembangan SDM, industri dalam negeri, hukum dan perdagangan, serta kultur informasi. Secara umum dirasakan bahwa SDM di dalam negeri belum memenuhi harapan untuk berperan dalam pengembangan teknologi yang berubah begitu cepat.

Namun demikian, cukup banyak pula SDM Indonesia di bidang telematika yang bekerja di luar negeri termasuk di sentra-sentra keunggulan. Usaha berbagai pihak khusunya sector swasta, nampaknya cukup menggembirakan antara lain dikembangkannya cyber campus seperti ITB, UPH, dan lain-lain. Yang sangat memprihatinkan adalah pengembangan industri dalam negeri.

Walaupun berbagi konsep telah cukup lama di bicarakan seperti Hightech Park di Bandung, Serpong dan lain-lain sampai saat ini belum mencapai kemajuan berarti. Oleh karena itu perlu dikembangkan kebijaksanaan nasional untuk mendorong berkembangnya industri dalam negeri di bidang telematika antara lain sistem insentif.

Dalam mempromosikan visi N21, inisiasi perlu datang dari pemerintah. Namun secara bertahap dan interaktif, visi ini perlu mengakomodasi kebutuhan yang khas dari berbagai kelompok masyarakat maupun departemen. Untuk itu keterlibatan berbagai kelompokmasyarakat dalam merumuskan dan mewujudkan program-program telematika perlu ditumbuhkembangkan secara berangsur-angsur.
 
Hal ini pada gilirannya akan membatasi peranan pemerintah, khususnya dalam hal pengadaan dan pengelolaan kandungan informasi. Control informasi dari pemerintah justru dipandang sebagai faktor penghambat bagi upaya penyejahteraan masyarakat melalui jejaring telekomunikasi.
 
Sumber : http://johandwisatrio.blogspot.com/2013/01/perkembangan-telematika.html

Sejarah Perkembangan Telematika

Istilah telematika pertama kali digunakan pada tahun 1978 oleh Simon Nora dan Alain Minc dalam bukunya L'informatisation de la Societe. Istilah telematika yang berasal dari kata dalam bahasa Perancis telematique merupakan gabungan dua kata: telekomunikasi dan informatika.
Menurut Wikipedia, istilah telematika ini sering dipakai untuk beberapa macam bidang, sebagai contoh adalah:
* Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and Communications Technology). Secara lebih spesifik, ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
* Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile communication technology).
* Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics)
Di Indonesia, pengaturan dan pelaksanaan mengenai berbagai bidang usaha yang bergerak di sektor telematika diatur oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika. Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika (disingkat DitJen APTEL) adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi Departemen di bidang Aplikasi Telematika yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
Fungsi Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika (disingkat DitJen APTEL) meliputi:
* Penyiapan perumusan kebijakan di bidang e-government, e-business, perangkat lunak dan konten, pemberdayaan telematika serta standardisasi dan audit aplikasi telematika;
* Pelaksanaan kebijakan di bidang e-government, e-business, perangkat lunak dan konten, pemberdayaan telematika serta standardisasi dan audit aplikasi telematika;
* Perumusan dan pelaksanaan kebijakan kelembagaan internasional di bidang e-government, e-business, perangkat lunak dan konten, pemberdayaan telematika serta standardisasi dan audit aplikasi telematika;
* Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang e-government, e-business, perangkat lunak dan konten, pemberdayaan telematika serta standardisasi dan audit aplikasi telematika;
* Pembangunan, pengelolaan dan pengembangan infrastruktur dan manajemen aplikasi sistem informasi pemerintahan pusat dan daerah;
* Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;
* Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika.
Ragam bentuk dari telematika, tidak terlepas dari perkembangannya dimasa lalu. Untuk kasus di Indonesia, perkembangan telematika mengalami tiga periode berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat. Pertama adalah periode rintisan yang berlangsung akhir tahun 1970-an sampai dengan akhir tahun 1980-an. Periode kedua disebut pengenalan, rentang wktunya adalah tahun 1990-an, dan yang terakhir adalah periode aplikasi. Periode ketiga ini dimulai tahun 2000.
Bangsa Indonesia berusaha untuk tidak tertinggal dengan bangsa lain menyangkut telematika. Dengan dirintis oleh beberapa orang yang berdedikasi pada dunia akademisi, pengenalan dunia telematika mulai dilakukan seiring berkembangnya situasi politik dan ekonomi. Dukungan politik pemerintah dengan berbagai kebijakannya, lebih menggairahkan telematika di Indonesia, dan tentunya industri, serta pengaruh luar negeri mengambil peranan penting disamping ketertarikan masyarakat yang membutuhkannya. Perkembangan telematika di Indonesia mengalami peningkatan, sejalan dengan inovasi teknologi yang terjadi. Prospek ke masa depan, telematika di Indonesia memiliki potensi yang tinggi, baik itu untuk kemajuan bangsa, maupun pemberdayaan sumber daya manusianya.

Sumber : http://kawai-tiramisu.blogspot.com/2010/10/sejarah-perkembangan-telematika.html

Pemahaman Telematika

Telematika merupakan adopsi dari bahasa Prancis yang sebenarnya adalah “TELEMATIQUE” yang kurang lebih dapat diartikan sebagai bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi.
Para praktisi mengatakan bahwa TELEMATICS merupakan perpaduan dari dua kata yaitu dari “TELECOMMUNICATION and INFORMATICS” yang merupakan perpaduan konsep Computing and Communication. Istilah telematika juga dikenal sebagai “the new hybrid technology” karena lahir dari perkembangan teknologi digital. Dalam wikipedia disebutkan bahwa Telematics juga sering disebut dengan ICT (Information and Communications Technology).
Salah satu milis internet Indonesia terbesar adalah milis Telematika. Dari milis inipun tidak ada penjelasan mengapa milis ini bernama telematika, yang jelas arsip pertama kali tercatat dikirimkan pada tanggal 15 Juli 1999. Dari hasil pencarian di arsip mailing list Telematika saya menemukan salah satu ulir diskusi menarik (membutuhkan login) tentang penamaan Telematika yang dikirimkan oleh Paulus Bambang Wirawan.
Istilah telematika sering dipakai untuk beberapa macam bidang, sebagai contoh adalah:
  • Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and Communications Technology). Secara lebih spesifik, ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
  • Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile communication technology).
  • Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Telematika

Kesibukan Membawa Kebahagiaan

Hasil studi menunjukkan bahwa membuat pikiran tetap sibuk dengan tugas-tugas biarpun kecil dan tak berarti, bisa menghancurkan emosi-emosi negatif.

Namun, kabar buruknya ialah bahwa manusia nampaknya lebih senang bermalas-malasan untuk menghemat tenaga, menurut Profesor Christopher Hsee yang merupakan ilmuwan yang mempelajari tingkah laku di Universitas Chicago.

Dalam sebuah studi, 98 pelajar diminta menyelesaikan dua survey. Setelah mereka menyelesaikan survey pertama, mereka diminta menunggu 15 menit untuk menerima survey berikutnya.

Mereka diberikan pilihan untuk menyerahkan survey pertama di lokasi terdekat atau berjalan ke lokasi yang lebih jauh. Mereka tetap mendapatkan sebungkus coklat, apapun pilihan mereka.

Dua per tiga atau 68 persen memilih pilihan "malas".

Mereka yang memilih berjalan dilaporkan merasa lebih senang daripada mereka yang tinggal.

Profesor Hsee menyimpulkan bahwa tetap sibuk membantu orang-orang bahagia.

Dia mengatakan bahwa penemuannya yang dikabarkan di jurnal Psychological Science memiliki implikasi kebijakan.

"Pemerintah bisa meningkatkan kebahagiaan para warga negara yang tak bekerja dengan cara meminta mereka membangun jembatan-jembatan yang sebenarnya tak berguna", ujarnya.

Pada tingkat individu, dia menyarankan: "Bangun dan lakukan sesuatu, apapun, bahkan tak ada tujuan tentang apa yang akan anda lakukan, anda akan merasa lebih baik karenanya."

Dia menambahkan: "Berpikir dalam atau melakukan refleksi pribadi juga termasuk dalam usaha tetap membuat diri anda sibuk."

"Anda tak perlu berlari-lari ke sana ke mari, anda hanya perlu terlibat dalam usaha baik fisik maupun mental."

Ilmuwan tersebut mengungkapkan bahwa dia menguji prinsip itu dengan membuat seorang asisten peneliti melakukan tugas-tugas yang tak ada tujuannya.

"Saya tahu ini tidak etis, tapi dia bahagia," ujarnya.

Semoga bermanfaat dan tetap bahagia.

Sumber : http://sainspop.blogspot.com/2010/08/kesibukan-membawa-kebahagiaan.html

Dapatkah Bakteri Membuat Anda Lebih Pintar?

Dapatkah Bakteri Membuat Anda Lebih Pintar?

Terjangkit bakteri tertentu di sekitar lingkungan kita dipercaya bisa memberikan antidepresan dan bisa meningkatkan daya belajar, menurut penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan ke-110 Himpunan Mikrobiologi Amerika di San Diego.

bakteri tanah

"Mycobacterium vaccae adalah sebuah bakteri tanah alami yang cenderung termakan atau terhirup manusia ketika berada di alam sekitar," kata Dorothy Matthews dari Perguruan Tinggi Sage di Troy, New York, yang melakukan penelitian bersama koleganya Susan Jenks.

Penelitian sebelumnya terhadap Mycobacterium vaccae menunjukkan bahwa bakteri yang tak tahan panas yang disuntikkan ke tikus-tikus, merangsang pertumbuhan beberapa neuron di otak yang mengakibatkan peningkatan tingkat serotonin dan penurunan kegelisahan.

"Karena serotonin berperan dalam proses belajar, kita mempertanyakan apakah Mycobacterium vaccae bisa meningkatkan proses belajar pada tikus," kata Matthews seperti yang dikutip Physorg.

Matthews dan Jenks memberi makan para tikus dengan bakteri hidup dan menilai kemampuan mereka melewati jaringan jalanan yang ruwet atau 'maze' dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi makan bakteri tersebut.

"Kami menemukan bahwa para tikus yang diberi makan Myocobacterium vaccae hidup melewati maze dua kali lebih cepat dan menunjukkan lebih sedikit kegelisahan dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi makan bakteri itu," kata Matthews.

Pada percobaan kedua, bakteri dikeluarkan dari menu makanan tikus-tikus eksperimental dan mereka dites kembali. Walaupun para tikus melewati maze lebih lambat dari sebelumnya ketika mereka memakan bakteri, secara rata-rata mereka masih lebih cepat dari para tikus yang tidak diberi makan sama sekali.

Tes akhir diberikan kepada tikus-tikus itu setelah istirahat selama tiga minggu. Walaupun para tikus eksperimental tetap melewati maze lebih cepat dari tikus-tikus lain, hasilnya tidak lagi signifikan, menunjukkan bahwa efeknya hanya sementara.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa Mycobacterium vaccae bisa berperan dalam kegelisahan dan proses belajar pada mamalia," kata Matthews. "Menarik untuk berspekulasi bahwa membuat lingkungan belajar di sekolah-sekolah yang mengikutsertakan waktu di luar ruangan di mana Mycobacterium vaccae ada bisa menurunkan kegelisahan dan meningkatkan kemampuan mempelajari hal baru."


Sumber : http://sainspop.blogspot.com/2010/05/dapatkah-bakteri-membuat-anda-lebih.html

Koneksi Otak Macet Seiring Usia

Koneksi Otak Macet Seiring Usia

Hal ini tak dapat dihindarkan: kemacetan koneksi di otak memperlambat waktu respon fisik kita ketika kita bertambah tua, menurut penelitian baru.

Otak Manusia

Reaksi yang lebih lambat ini terhubung dengan gangguan yang terkait dengan usia pada corpus callosum yang merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai bendungan selama gerakan motorik satu sisi untuk mencegah koneksi yang tak diinginkan atau komunikasi silang antara kedua belahan otak, kata Rachael Seidler yang merupakan profesor di Universitas Michigan School of Kinesiology dan Bagian Psikologi, dan yang merupakan ketua penelitian itu, seperti yang dilansir pada tanggal 19 Agustus 2010 oleh ScienceDaily.

Pada waktu lain, fungsi corpus callosum sebagai jembatan dan komunikasi silang, bermanfaat seperti dalam fungsi-fungsi kognisi tertentu atau keahlian motorik dua sisi.

Penelitian Universitas Michigan ini merupakan yang pertama menunjukkan bahwa komunikasi silang terjadi bahkan ketika orang dewasa tua sedang beristirahat, kata Seidler yang juga mengambil bagian di Program Studi Lanjut Institut Gerontologi dan Neurologi. Komunikasi silang yang tidak bekerja ini menunjukkan bahwa tidaklah bermanfaat bagi kedua belahan otak untuk berkomunikasi selama pergerakan motorik satu sisi karena sisi otak yang lain mengontrol bagian tubuh yang sedang bergerak. Maka, ketika kedua sisi otak berkomunikasi secara bersamaan sementara satu sisi tubuh mencoba untuk bergerak, akan terjadi kebingungan dan respon yang lebih lambat, kata Seidler.

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa komunikasi silang dalam otak selama aktifitas motorik meningkat seiring usia tapi tidaklah jelas jika komunikasi silang membantu atau menghalangi fungsi otak, kata Seidler.

"Komunikasi silang bukanlah sebuah fungsi kesulitan aktifitas karena kita melihat perubahan pada otak ketika orang tidak bergerak," kata Seidler.

Pada beberapa penyakit di mana corpus callosum sangat mengalami kemunduran seperti pada orang-orang yang menderita sklerosis multipel, anda bisa melihat "pergerakan kembar" selama aktifitas motorik satu sisi, di mana kedua sisi bergerak bersama karna ada banyak komunikasi antara kedua belahan otak, kata Seidler. Pergerakan kembar ini juga secara normal terjadi pada anak-anak yang masih sangat muda sebelum corpus callosum berkembang dengan sempurna.

Pada penelitian itu, para peneliti memberikan tuas kendali pada orang dewasa berumur antara 65 dan 75 lalu mengukur dan membandingkan waktu respon mereka dengan kelompok usia 20-25 tahun.

Para peneliti kemudian menggunakan Pencitraan Resonansi Magnetik untuk memetakan kadar oksigen darah di berbagai tempat di otak, dengan kata lain pengukuran aktifitas otak.

"Lebih banyak mereka menggunakan sisi otak lainnya, lebih lambat mereka merespon," kata Seidler.

Namun ada harapan, penuaan yang tak terelakkan bukan berarti sudah menjadi nasib kita untuk bereaksi lebih lambat. Seidler dan timnya tengah mengerjakan studi pengembangan dan pengontrolan latihan motoris yang mungkin bisa membangun kembali atau menjaga corpus callosum untuk membatasi arus berlebihan antara kedua belahan otak, katanya.

Studi sebelumnya yang dilakukan oleh tim lain menunjukkan bahwa melakukan latihan aerobik selama tiga bulan membantu membangun kembali corpus callosum, katanya, yang menunjukkan bahwa aktifitas fisik bisa membantu mengimbangi efek-efek degenerasi yang terkait dengan penuaan.

Seidler dan timnya juga merevisi studi yang mengunakan teknik pemetaan otak untuk memeriksa penyakit yang terkait dengan perubahan otak pada pasien-pasien yang menderita penyakit parkinson.

Studi itu diberitakan di jurnal Frontiers in Systems Neuroscience.

Sumber : http://sainspop.blogspot.com/2010/08/koneksi-otak-macet-seiring-usia.html

Atmosfer Bawah Bumi (Troposfer) Memanas

Troposfer yang merupakan bagian atmosfer bawah paling dekat dengan Bumi sedang memanas yang secara luas konsisten baik dengan dugaan teoritis maupun pemodelan iklim, menurut studi ilmiah baru.

Atmosfer Bawah Bumi (Troposfer) Memanas
Foto: Flickr

Studi tersebut dilakukan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan NOAA-North Carolina State University Cooperative Institute for Climate and Satellites (CICS).

Sejak pengembangan pemodelan iklim pertama tahun 1960an, troposfer telah diproyeksikan memanas bersama permukaan Bumi karena peningkatan jumlah gas rumah kaca di atmosfer. Dugaan ini tidak secara signifikan berubah bahkan dengan berbagai kemajuan utama dalam pemodelan iklim. Demikian seperti yang dikutip dari Physorg (16/11/10).

Namun pada tahun 1990an, berbagai pengamatan yang dilakukan tidak menunjukkan bahwa troposfer akan memanas walaupun temperatur permukaan memanas dengan cepat. Kekurangan pemanasan troposferik ini digunakan oleh beberapa pihak untuk menanyakan baik realitas tren pemanasan permukaan maupun reliabilitas pemodelan iklim sebagai instrumen. Studi NOAA yang berjudul "Tropospheric Temperature Trends: History of an Ongoing Controversy" secara ekstensif meninjau kembali analisa ilmiah relevan dan menemukan bahwa tak ada lagi bukti ketidaksesuaian mendasar dan bahwa troposfer sedang memanas.

"Dengan melihat pada perubahan temperatur troposferik yang diamati dan dugaan pemodelan iklim selama ini, bukti sekarang mengindikasikan bahwa tak ada hal ketidaksesuaian mendasar setelah memperhitungkan ketidaktentuan baik dalam pemodelan maupun pengamatan," kata Peter Thorne yang merupakan ilmuwan senior CICS di Asheville, North Carolina serta peneliti senior di NC State.

"Melihat ke masa depan, hanya dengan beragam observasi dan analisis data yang penuh semangat kita bisa berharap untuk secara memadai memahami tren temperatur troposferik," kata Dian Seidel yang merupakan ilmuwan NOAA di Air Resources Laboratory di Silver Spring, Maryland.

Makalah tersebut yang ditulis bersama dengan para peneliti dari NOAA, NOAA-NCSU Cooperative Institute for Climate and Satellites, the United Kingdom Met Office, dan Universitas Reading di Inggris, diterbitkan di Climate Change. Walaupun ini merupakan tinjauan komprehensif pertama literatur ilmiah tersebut dalam pokok pembicaraan ini, hal tersebut bukanlah pernyataan akhir terhadap tren temperatur troposferik.

http://news.ncsu.edu/releases/troposphere/

Sumber : http://sainspop.blogspot.com/2010/11/atmosfer-bawah-bumi-troposfer-memanas.html

Bom Populasi, Bagaimana Kita Bertahan Terhadapnya

Populasi dunia akan mencapai 7 milyar tahun ini yang memberikan kekhawatiran apakah dunia akan segera menghadapi krisis populasi besar.

Kepadatan Populasi

"Meskipun 50 tahun pertumbuhan populasi tercepat yang terekam, dunia melakukan dengan sangat baik dalam menghasilkan bahan pangan yang cukup dan mengurangi kemiskinan," kata ekonom Universitas Michigan David Lam, dalam pidato presidensialnya di pertemuan tahunan the Population Association of America. Demikian seperti yang dilansir oleh Physorg jumat kemarin (01/04/11).

Lam merupakan seorang profesor ekonomi dan profesor peneliti di Institut Penelitian Sosial Universitas Michigan. Ceramahnya berjudul "How the World Survived the Population Bomb: Lessons from 50 Years of Exceptional Demographic History."

Pada tahun 1968, ketika buku Paul Ehrlich berjudul "The Population Bomb," memicu alarm tentang dampak dari cepatnya pertumbuhan populasi dunia, rasio pertumbuhan sekitar 2 persen dan populasi dunia menjadi dua kali lipat dalam 39 tahun antara 1960 dan 1999.

Menurut Lam, hal tersebut merupakan sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya dan tak akan pernah terjadi lagi.

"Sebenarnya tak ada pertanyaan bahwa rasio pertumbuhan populasi dunia akan terus menurun," tutur Lam. "Rasionya hanya akan sedemikian karena momentum populasi, dengan banyaknya wanita berusia subur di negara-negara berkembang karena cepatnya pertumbuhan populasi pada dekade sebelumnya."

Lam membicarakan sejumlah faktor yang bekerja sama untuk mengurangi dampak kenaikan populasi. Di antara kekuatan ekonomi, dia menyebutkan revolusi hijau, yang dimulai oleh peraih hadiah nobel Norman Borlaug, yang menaikkan produksi per kapita makanan dunia sebanyak 41 persen antara tahun 1960 dan 2009.

"Kita telah melalui periode-periode rasio pertumbuhan yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya, dan meskipun demikian prosuksi pangan meningkat bahkan lebih cepat dari populasi dan rasio kemiskinan menurun secara substansial," katanya.

Kapasitas kota-kota untuk menyerap pertumbuhan populasi dunia merupakan alasan utama lainnya yang membuat dunia dapat menggandakan populasinya dalam 40 tahun terakhir tanpa memicu kelaparan masal atau kenaikan tingkat kemiskinan, kata Lam kepada pendengarnya. Seiring dengan urbanisasi, Lam menunjuk dampak dari penurunan berkelanjutan kesuburan dan kenaikan investasi dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan anak-anak.

Pekerjaan yang dilakukan Lam di Brasil dengan ISR social demographer Leticia Marteleto menunjukkan kenaikan sedang 4,3 tahun sekolah di antara usia 16-17 tahun dari tahun 1960 hingga 2000.

"Kenaikan ini jelas melibatkan lebih dari sekadar pengurangan ukuran keluarga," kata Lam. "Sebagai contoh, anak-anak yang memiliki 10 saudara kandung pada tahun 2000 lebih banyak sekolah daripada anak-anak dengan seorang saudara kandung pada tahun 1960.

"Tak ada pendidikan Norman Borlaug untuk menjelaskan bagamana sekolah berkembang baik di negara-negara berkembang selama periode di mana populasi usia sekolah seringkali bertumbuh pada angka 3 atau 4 persen dalam satu tahun. Ini merupakan salah satu dari berbagai pencapaian 50 tahun terakhir yang layak dicermati dan dibanggakan.

Dalam kesimpulannya, Lam menyampaikan pada pendengarnya, "Tantangan-tantangan yang kita hadapi mengejutkan. Akan tetapi tantangan-tantangan tersebut tak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan tantangan-tantangan yang kita hadapi di tahun 1960an."


Sumber : http://sainspop.blogspot.com/2011/04/bom-populasi-bagaimana-kita-bertahan.html