Indah merupakan kata yang sangat menenangkan hati.
Kisah ini berawal sewaktu aku berwisata ke Jogjakarta, tepatnya sewaktu aku berumur 12tahun.
Pada waktu itu saya berwisata ke Jogjakarta dalam rangka perpisahan SD, dan waktu itu saya sebelumnya belum pernah ke sana.
Saya sangat gembira, karena dapat berwisata bersama teman-teman. Sepanjang perjalanan saya disuguhi pemandangan yang luar biasa, sungguh indahnya...
Sesampainya disana kami tiba, hari sudah gelap, dan kami menginap di sebuah hotel.
Kami berwisata di Jogja selama 8hari 7malam, kami pergi ke Wisata Candi Prambanan, Candi Borobudur, Tawangmangu, Kraton Jogja, dan banyak lagi.
Saya sangat menikmati dan mengagumi pemandangan dan alam ciptaan Tuhan, sungguh indah dan eloknya..
Senin, 09 Mei 2011
Selamat tinggal paman, sampai jumpa di sana...
Kesedihan lah yang mengiringiku ketika harus mengingat kembali peristiwa ini.
Kejadian ini harus terjadi pada bulan September 2010 lalu, pamanku berpulang ke rumah Tuhan.
Kisah ini bermula ketika pamanku mulai merasakan adanya rasa sakit di lehernya, pada awalnya paman ku hanya menganggap hal sepele dan tidak bercerita ke tante dan anaknya.
Kemudian, lama kelamaan rasa sakit itu semakin terasa dan leher pamanku semakin membesar, sejak saat itu pamanku mulai tinggal di rumahku bersama istrinya.
Semula kami masih berharap bahwa kesembuhanlah yang nantinya akan dirasakan oleh pamanku, namun semakin hari semakin parah, pamanku semakin lama semakin sulit berbicara.
Pamanku sudah kuanggap sebagai sosok Ayahku, karena kami sangatlah dekat, dan beliau sering menasehatiku dengan kata-kata bijaknya. Hal ini disebabkan Ayahku yang sudah lama tiada semenjak aku kecil.
Segala jerih upaya telah dilakukan oleh Ibuku dan istrinya demi kesembuhan beliau. Namun kami belum melihat tanda-tanda kesembuhan.
Hingga akhirnya pamanku masuk rumah sakit, pada awalnya akan dilakukan operasi pada lehernya, namun paman menolak hal itu, karena beliau mengerti kondisi keluarga disebabkan biaya operasi yang pastinya sangat mahal.
Hingga pada suatu ketika Tuhan berkehendak lain, pada sore hari Ibuku mendapat kabar bahwa pamanku sudah tidak bernafas, Ibuku pun langsung menangis seketika saat mendengar kabar tersebut, karena bagi Ibuku, paman adalah adik kesayangannya yang paling dekat dengan Ibu dan karena itu Ibuku sangat terpukul.
Begitu pula dengan aku, aku pun langsung meneteskan air mata dan langsung teringat saat-saat dimana kami menonton sepak bola Piala Dunia bersama, teringat kembali nasehat-nasehat beliau kepadaku.
Manusia memang boleh berencana, namun tetaplah Tuhan yang berkehendak, kini Pamanku sudah tenang disana dan tidak merasakan rasa sakit yg pernah dirasakannya.
Selamat Tinggal paman, perjuanganmu hingga akhir tidak sia-sia.
We love you tulang..
In memoriam Thomson Sihombing.
Kejadian ini harus terjadi pada bulan September 2010 lalu, pamanku berpulang ke rumah Tuhan.
Kisah ini bermula ketika pamanku mulai merasakan adanya rasa sakit di lehernya, pada awalnya paman ku hanya menganggap hal sepele dan tidak bercerita ke tante dan anaknya.
Kemudian, lama kelamaan rasa sakit itu semakin terasa dan leher pamanku semakin membesar, sejak saat itu pamanku mulai tinggal di rumahku bersama istrinya.
Semula kami masih berharap bahwa kesembuhanlah yang nantinya akan dirasakan oleh pamanku, namun semakin hari semakin parah, pamanku semakin lama semakin sulit berbicara.
Pamanku sudah kuanggap sebagai sosok Ayahku, karena kami sangatlah dekat, dan beliau sering menasehatiku dengan kata-kata bijaknya. Hal ini disebabkan Ayahku yang sudah lama tiada semenjak aku kecil.
Segala jerih upaya telah dilakukan oleh Ibuku dan istrinya demi kesembuhan beliau. Namun kami belum melihat tanda-tanda kesembuhan.
Hingga akhirnya pamanku masuk rumah sakit, pada awalnya akan dilakukan operasi pada lehernya, namun paman menolak hal itu, karena beliau mengerti kondisi keluarga disebabkan biaya operasi yang pastinya sangat mahal.
Hingga pada suatu ketika Tuhan berkehendak lain, pada sore hari Ibuku mendapat kabar bahwa pamanku sudah tidak bernafas, Ibuku pun langsung menangis seketika saat mendengar kabar tersebut, karena bagi Ibuku, paman adalah adik kesayangannya yang paling dekat dengan Ibu dan karena itu Ibuku sangat terpukul.
Begitu pula dengan aku, aku pun langsung meneteskan air mata dan langsung teringat saat-saat dimana kami menonton sepak bola Piala Dunia bersama, teringat kembali nasehat-nasehat beliau kepadaku.
Manusia memang boleh berencana, namun tetaplah Tuhan yang berkehendak, kini Pamanku sudah tenang disana dan tidak merasakan rasa sakit yg pernah dirasakannya.
Selamat Tinggal paman, perjuanganmu hingga akhir tidak sia-sia.
We love you tulang..
In memoriam Thomson Sihombing.
Ketidakadilan di negeriku
Sejujurnya sangatlah sulit untuk menuliskan permasalahan adil dan tidak adil di dalam kehidupan sekitar, karena terlalu banyak ketidakadilan yang masyarakat rasakan.
Dimulai dari masyarakat kurang mampu yang tiap hari harus berjuang untuk mencari sesuap nasi demi menyambung hidup yang sesungguhnya sulit untuk mereka jalani, mereka dengan susah payah memeras keringat meskipun terkadang tidak mendapat hasil apapun. Masyarakat mulai bosan dengan kesengsaran, dan penindasan yang dirasakan tiap waktu. Mereka, orang-orang berkuasa dengan mudahnya menindas masyarakat kecil hanya demi kesenangan mereka.
Dimulai dari penggusuran rumah-rumah masyarakat kecil dimana-mana, penggusuran lapak-lapak dagang masyarakat, naiknya harga-harga kebutuhan hidup yang diluar jangkauan masyarakat, dan lain-lain.
Sedangkan para penguasa dengan mudahnya membuang-buang uang ataupun kas negara dengan berwisata ke luar negeri, serta dengan gaji ratusan juta rupiah, namun dengan hasil kerja yang sangat minim.
Padahal masyarakat kini membutuhkan 'mereka' yang disana seharusnya bekerja dan mengabdi untuk masyarakat.
Ada juga segelintir Penguasa yang menggunakan atau menghambur-hamburkan uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok mereka sendiri.
Hal ini dirasakan sangatlah tidak adil jika kita melihat dari keadaan sekitar kita yang sangat memilukan, sedangkan jika kita melihat keatas, dengan nyamannya para penguasa menikmati hak-hak masyarakat kecil.
Sungguh ketidakadilan yang tercipta di negeriku tercinta ini, dengan segala macam kekayaan di dalamnya.
Semoga kedepannya negeriku ini dapat merasakan apa yang dinamakan 'ADIL'
Dimulai dari masyarakat kurang mampu yang tiap hari harus berjuang untuk mencari sesuap nasi demi menyambung hidup yang sesungguhnya sulit untuk mereka jalani, mereka dengan susah payah memeras keringat meskipun terkadang tidak mendapat hasil apapun. Masyarakat mulai bosan dengan kesengsaran, dan penindasan yang dirasakan tiap waktu. Mereka, orang-orang berkuasa dengan mudahnya menindas masyarakat kecil hanya demi kesenangan mereka.
Dimulai dari penggusuran rumah-rumah masyarakat kecil dimana-mana, penggusuran lapak-lapak dagang masyarakat, naiknya harga-harga kebutuhan hidup yang diluar jangkauan masyarakat, dan lain-lain.
Sedangkan para penguasa dengan mudahnya membuang-buang uang ataupun kas negara dengan berwisata ke luar negeri, serta dengan gaji ratusan juta rupiah, namun dengan hasil kerja yang sangat minim.
Padahal masyarakat kini membutuhkan 'mereka' yang disana seharusnya bekerja dan mengabdi untuk masyarakat.
Ada juga segelintir Penguasa yang menggunakan atau menghambur-hamburkan uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok mereka sendiri.
Hal ini dirasakan sangatlah tidak adil jika kita melihat dari keadaan sekitar kita yang sangat memilukan, sedangkan jika kita melihat keatas, dengan nyamannya para penguasa menikmati hak-hak masyarakat kecil.
Sungguh ketidakadilan yang tercipta di negeriku tercinta ini, dengan segala macam kekayaan di dalamnya.
Semoga kedepannya negeriku ini dapat merasakan apa yang dinamakan 'ADIL'
Langganan:
Postingan (Atom)